Mainin perasaan lebih seru ketimbang mainin boneka. -KALE-
______________________________________Tak ada kabar dari Galang membuat Anya galau selama berhari-hari, jujur ia menyesal marah pada Anya, bisa kenal Anya itu sangat sulit sekali dan dengan mudahnya Galang menjauh begitu saja, bodoh? memang. Setiap harinya Galang sibuk belajar sampai kadang lupa makan, tidur dan lupa mandi, padahal jelas-jelas itu hari libur. Sekarang dia tengah tertidur di meja belajar dengan buku-buku tebalnya, Mutiara membuka pintu kamar adik satu-satunya itu.
Mutiara hanya bisa tersenyum simpul melihat adik satu-satunya ini, ada rasa senang bercampur sedih yang sulit sekali untuk Mutiara jelaskan. Pola hidup Galang tidak teratur dan tidak sehat, ia bisa berubah separah ini akibat di tinggal oleh kedua wanita yang sangat ia sayangi.
"Semoga Sonya bisa sembuhkan luka kamu Lang," ucap Mutiara dengan suara parau.
"Ka Tia," ucap Sifa saat ia membuka pintu kamar Galang. Mutiara langsung menetralkan suasana.
"Sini, bantu aku!" ucapnya.
Sifa gadis setengah laki-laki itu merangkul Galang untuk ke tempat tidur dibantu oleh Mutiara, dengan hati-hati Mutiara menyelimuti Galang.
Mutiara dan Sifa keluar kamar. "Kayanya capek banget Galang," ucap Sifa.
"Kadang aku bingung dia nyari apa, dia mau apa sampai segitu kerasnya belajar, kalau nyari prestasi kan bisa sewajarnya," balas Mutiara.
"Pola hidup dia jadi nggak sehat, Kak Tia takut Galang kenapa-kenapa ya?" tanya Sifa. Mutiara mengangguk.
Galang bangun sore hari dan Sifa masih ada di rumah Galang, rasanya Sifa lebih seru bermain dengan Galang dari pada dengan teman-teman yang tidak satu humor dengannya.
Dengan langkahnya yang gontai ia membasuh muka lalu berjalan menuju dapur untuk mencari makan. Sifa yang melihat Galang langsung bangkit dan mendekatinya.
"Ngapain bangun padahal belum banjir?" tanya Sifa.
"Kenapa kalau banjir mau jualan thai the sama gue?" tanya Galang.
"Bobanya nyari pup kambing dulu," kata Sifa.
Wajah Galang langsung datar saat melihat isi di meja makan, hampir semuanya sayuran dan Galang sangat tidak suka itu.
"Kak Muti yang masak?" tanya Galang. Sifa yang tengah menyendok makanan mengangguk.
"Ayo lah makan sayur, biar sehat!" jawab Sifa yang tahu Galang tak suka dengan sayur.
Galang duduk dan ia terpaksa harus memakan sayur, "Kaya makan obat."
"Mana yang pahit si Lang?" heran Sifa.
Sifa terkekeh kecil saat Galang menyendok sayur bayam hanya satu sendok saja. "Apa si ini anak!" ucap Sifa lalu menyendok lebih banyak sayuran ke piring Kale.
"Apa si lo bocah!" kesal Galang.
"Biar sehat dan berotot Lang!" omel Sifa.
"Gue udah sehat, lagian gue nggak ngerokok dan mabok-mabokan," kata Galang sambil mengembalikan sayur itu pada Sifa.
Bola mata Sifa berputar malas. "Iya deh iya, ampun bang jago."
Selesai makan Sifa menemani Galang bermain basket, Galang sulit untuk di kalahkan. "Ngalah dong sama cewek!" kesal Sifa.
"Emang lo cewek?" tanya Galang.
"Durjana!" kesal Sifa lalu mengejar Galang untuk menyelidiki perutnya.
Ketika sudah lelah keduanya duduk di bawah ring tersebut. "Capek," keluh Sifa.
"Anya gimana kabarnya?" tanya Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALE [END]
Teen Fiction[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka terdalam bisa saja disebabkan oleh orang yang kita anggap spesial.