Tak ada kamu dihidup ku, aku mampu. -Bule.
_______________________________________Setibanya Abigel dari kantin ia langsung memberikan Galang minum. "Thanks," kata Galang yang hanya di jawab anggukan oleh Abigel.
"Makan yuk, Nya." Ajak Abigel pada Anya. Galang tiba-tiba memegang tangan Anya.
"Tungguin gue kelar," ucapnya cemburu.
Anya maupun Abigel menatap pada Galang dan terjadi kecanggungan beberapa detik, Anya melepaskan tangannya dari genggaman Galang. "Iya kita tunggu kok," jawab Anya.
Abigel mulai tahu kalau Galang cemburu. "Gue main dulu bentar," kata Galang. Anya membalas dengan anggukan kecil.
"Kayanya dia emang suka sama lo," kata Abigel setelah Galang pergi. Anya menatap pada Abigel karena ia juga merasa seperti itu.
"Perasaan Anya juga agak aneh," jawab Anya dengan suara pelan.
"Kenapa, Nya?" tanya Abigel karena di tempat ini cukup ricuh.
"Nggak," jawab Anya.
Setelah lulusnya Ray dia resmi menyerahkan tempat persembunyiannya di dalam gudang kepada Bule, bagaimanapun Bule berjasa besar untuk Ray. Bule berjalan santai menuju tempat tersebut, ia lebih memilih berbaring di ranjang dalam gudang dari pada harus mengikuti permainan anak-anak di lapangan yang membuatnya lelah.
Sambil berjalan ia memaikan handphonenya, empat langkah menuju depan gudang Bule merasakan ada yang mengikutinya ia pun membalikan badannya. Tidak ada siapapun disana. Ia kembali melanjutkan langkahnya, ketika tengah membuka pintu gudang Bule kembali melihat kebelakang.
"Nah lo! ngapain?" tanya Bule pada anak laki-laki yang penampilannya sangat cupu, memakai kacamata bulat, celana yang terlalu dinaikan keatas dan gaya rambut yang sangat menggelikan, ia juga membawa bingkai foto yang tak terpakai di tangan kanan dan kirinya.
"A-a-a nu, aku disu-sur-"
"Yang bener kalau ngomong!" kata Bule emosi. Ia langsung menunjukan bingkai tersebut dengan tangan yang bergetar, mungkin ia tahu bahwa Bule adalah penerus Ray.
"Disuruh simpen ke gudang?" tanya Bule. Anak itu mengangguk, dengan kasar Bule mengambilnya.
"Gue aja yang simpen, sana pergi," ucap Bule dengan wajah datar. Si cupu itu mengangguk lalu pergi.
Bule membuka pintu gudang dan mulai masuk, tidak si cupu tadi tidak benar-benar pergi ia sengaja mengintip Bule dan tersenyum kiri saat tahu bahwa itu adalah tempat rahasia Bule, ia membuka ponselnya dan melaporkan pada orang yang memerintahkannya.
Perut Abigel sudah beberapa kali mengeluarkan bunyi lapar, lama sekali menunggu Galang, ia memasang wajah datar.
"Abigel duluan aja kalau mau ke kantin," kata Anya. Abigel menggeleng, Anya sudah mengucapkan kalimat itu hampir lima kali, Abigel tak mau sendiri karena ia jadi seperti tak memiliki seoarang teman di sekolah ini.
Galang berlari mendekati kedua orang itu nafasnya terengah-engah banyak sekali keringat yang muncul di wajahnya.
"Ayo, Lang!" ucap Abigel. Galang tahu Abigel marah padanya akibat terlalu lama dibuat menunggu.
"Ayo gue yang bayarin deh," ucap Galang. Abigel langsung tersenyum lebar, Galang benar-benar bisa mengerti kemauan orang.
Anya tersenyum tipis, "Ayo."
Mereka makan satu meja bertiga, andai Caca tidak di kelas unggulan mungkin ia akan bergabung bersama mereka bertiga, memang terkadang ada orang yang seperti Caca, merasa paling tinggi karena ia berbeda kelas dengan anak-anak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALE [END]
Teen Fiction[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka terdalam bisa saja disebabkan oleh orang yang kita anggap spesial.