39.Alasan

517 40 1
                                    

Melepaskan bukan berarti berhenti sayang, tapi ada alasan tersendiri dibalik itu. -EPOT-

                              ******

Selesai berpelukan Kale merangkul Anya untuk sampai ke tempat mie ayam bakso tadi. Sepanjang jalan Anya bercerita hal-hal nyeleneh yang membuat Kale tertawa seperti lupa kalau ia sedang berpura-pura benci pada Anya.

"Terus bibir Anya, hari itu rasanya nggak karuan sih. Kale tiba-tiba ambil first kiss Anya dengan wajah Kale yang datar itu, aishh dimana letak romantisnya," ucap Anya.

Kale terkekeh kecil, "Harusnya kapan?"

"Di malam pertama!" jawab Anya sambil mengangguk kan kepalanya. "Dan jelas malam-malam berikutnya setelah kita, apa ya?" tanya Anya pada dirinya sendiri.

"Sah," kata Kale yang diberikan jempol oleh Anya. "Itu juga ciuman pertama gue."

"Oh, ya?" tanya Anya, ia mencoba berdiri tapi sulit alhasil ia berjalan sempoyongan di sebelah Kale. "Ku pikir Kale pernah ciuman dengan, Ica."

Jawaban dari Anya membuat Kale tertawa kecil. "Sembarang lo, pernah si waktu kecil, tapi itu Ade gue."

"Hari itu juga Anya tidur mimpi indah, kenapa? padahal yang cium Anya itu devil bukan pater pan." tanya Anya meledek Kale.

"Bibir lo merah." Jawab Kale, Anya langsung memegang bibirnya.

"Anya nggak punya lipstik, kalau Anya punya pasti Anya pakai di bibir," kata Anya.

Sebagai balasan Kale mengangguk. "Emang tempatnya di situ."

Bibir Anya mendekati telinga Kale. "Bisa di tangan, kaki juga bisa."

"Siapa yang mau pake disitu?" tanya Kale.

"Orang gila, hahaha." Balas Anya membuat Kale geleng-geleng kepala.

Ini adalah pertama kalinya Kale melihat Anya semabuk ini. Ia salah, tapi untuk saat ini tak ada cara agar bisa mendengarkan kejujuran dari Anya.

Bilang saja Anya hari ini gila, karena memang itu kenyataannya. Setelah sampai susah payah di parkiran mobil Kale dan Anya bertemu dengan Epot dan Desvilia yang masih mengenakan seragam sekolah.

"Le, ngapain lo?" tanya Epot sambil memperhatikan keduanya.

"Pacaran." Jawab Kale agar Epot tidak banyak bicara.

Anya melihat pada gadis di belakang Epot jelas Anya mengelanya, perlahan Anya menegakan badannya dan melihat pada Desvilia, Anya memiringkan kepalanya sambil menunjuk Desvilia.

"Kamu Desvilian kan?" tanya Anya. Epot dan Desvila langsung menoleh pada Anya tak percaya bahwa keadaannya tengah mabuk.

"Anya ... Anya benci sama Desvilia saat Desvila natap Anya dengan tatapan yang tajam seolah Anya ini kriminal yang berbuat kesalahan sangat fatal. Padahal kesalahan fatal Anya itu." Anya menatap pada Kale. "Mencintai Kale." Lanjut Anya.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang