Mau jadi jeruk aja, tolong.
*******
Seluruh tubuh Kale langsung lemas saat ia dipertemukan dengan Ica, keadaan Ica yang tak pernah Kale bayangkan akan seperti ini. Risa kembali menangis tanpa suara dalam dekapan suaminya. Kale berjongkok dan menghadap wajah Ica. Perlahan lengan Kale memegang pipi Ica.
"Ica Abang udah pulang." Ucap Kale serak. Matanya mulai memerah.
Ica memegang lengan Kale. "Abang?"
"Iya, aku baik-baik aja." Jawab Kale. Ica bernafas lega.
Diusapnya pipi Ica dengan lembut. "Ica makin manis." Ucap Kale lembut.
"Abang bisa lihat Ica?" tanya Ica lalu meneteskan air matanya. Kale merasa salah telah mengucapkan itu.
"Oh, gimana kalau kita makan? Udah lama kan nggak makan bareng." Kata Kale mengalihkan pembicaraan padahal jelas-jelas ia sudah makan.
"Abang bisa lihat tapi Ica nggak bisa." Jawab Ica. Hati Kale sangat pilu berkali-kali lipat.
Kale menunduk, merasa sangat bersalah. "Maafin Abang Ica, maafin."
"Untuk apa?" tanya Ica.
Sesak dada Kale rasakan mengingat liburan kali ini ia akan pergi jauh bersama Adiknya ini. Kale mendekati kening Ica dan menciumnya dengan lembut.
"Abang udah pulang dan bakalan jagain kamu." Ucap Kale tulus.
Kale mendorong kursi roda Ica menuju kamarnya untuk menikmati angin malam. Satu persatu Kale menaiki kursi roda itu lewat tangga.
"Abang udah makan?" tanya Ica.
"Nanti bareng kamu." Jawab Kale.
Setelah sampai Kale mendeskripsikan semuanya pada Ica. "Bintangnya ada tiga yang paling terang, yang redup tak terhingga." Ucap Kale.
"Bilang aja males ngitung." Balas Ica.
"Bulannya bulan sabit." Lanjut Kale.
Ica tersenyum senang, benar. Hanya Kale yang dapat merubah suasana hati gadis kecil ini.
Di kantor Polisi Bule tengah berhadapan dengan Kevin dan Alpan, pipi kanan dan kiri Bule sudah membiru akibat pukulan Kevin, jujur Kevin lebih baik Kale yang tersangka. Bule memilih untuk tidak melawan. Alpan meninggalkan Bule berdua dengan Putranya.
"Sumpah tampang lo lebih baik ketimbang tingkah bodoh lo itu." Kata Kevin yang sudah terbawa emosi.
Bule menunduk. "Cihhh." Kevin mencudah kesembarang. "Lo mikir nggak si gimana perasaan Ibu gue saat Randy meninggal?" Bule tetap enggan membuka suara. "Nggak ada yang bisa Ibu gue banggain dari gue, minimal satu aja, nggak. Tapi, Randy? dia kebanggan Ibu gue dan bisa dibilang dia juga sumber bahagianya Ibu, sekarang lo renggut gitu aja?" Kevin malah bercerita panjang lebar, biarlah ia tak bisa memendam ini sendiri. "Gue le gue orang yang pertama seneng saat dibandingin cuma buat liat Ibu gue seneng, sampai kapanpun gue nggak akan mau maafin lo!" ucap Kevin dengan mata yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALE [END]
Teen Fiction[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka terdalam bisa saja disebabkan oleh orang yang kita anggap spesial.