24.fired

355 25 2
                                    

Sering terjadi di kota-kota besar.

                                ******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                ******

Suara beberapa motor yang berlalu lalang di jalan yang cukup sepi ini membuat hati Anya semakin tenang karena hasil yang keluar mengatakan bahwa Anya tidak hamil. Ia kini tengah menikmati angin sore sendiri di warung Mang Dadung. Terasa sangat aneh sekali bila kesini tidak dengan Kale, tapi Anya harus mengerti keadaan Kale yang tengah sibuk itu.

Tingtong.....

Bel rumah Senja berbunyi, ia segara membuka pintunya.

"Atas nama Sonya Senja Afrita?" ucap wanita paruh baya yang mengenakan pakaian formal.

Senja mengangguk. "Ya, saya Ibunya."

"Oh, ini surat anak Ibu ketinggalan. Selamat ya." Jawab Ibu itu sambil menyodorkan amplop putih pada Senja.

"Aw!" ringis Anya saat giginya menggigit lidahnya sendiri.

"Kenapa, Neng?" tanya Mang Dadung yang langsung panik.

Anya menyengir kuda sambil menggeleng. "Kegigit."

Sedangkan Kale dan anak-anak yang lain tengah mendaki gunung, rencananya Sertijab resmi akan di laksanakan di atas puncak gunung Puncak Surolyo Pass. Walau beberapa kali mengeluh tapi mereka tetap semangat untuk melanjutkan perjuangannya agar sampai di atas.

Kale sendiri walau sudah terbiasa, tetap saja capek. "Yang nikmat itu proses bukan hasil, jadi nikmatilah prosesnya." Ucap Iyas dengan suara yang cukup kencang.

"Semakayasss dulu!" tandas Hary yang dituruti anak-anak dengan semangat.

"Semangat Kakak Iyas, semangat Kakak Iyas." Ucap anak-anak yang lain.

Yel-yel itu memang sengaja kami persembahkan untuk ketua yang masih menjabat. Mungkin nanti beda lagi kalau Kale yang menjabatnya.

"Lo capek?" tanya Kale pada Salsabila.

Salsabila mengangguk. "Lumayan juga ternyata, pasti gue gempor."

"Tukang pijat menanti." Jawab Kale.

Obat paling ampuh adalah senyum manis Kale. "Hahaha, pasti."

Cukup lama, mereka sampai di pos 2 ada beberapa pos lagi yang harus mereka tanjaki.

Lagi-lagi sang ketua tomboy itu bertingkah dengan mengajak anak-anak yang lain berfoto padahal mereka ingin beristirahat. "Foto dulu sebelum gue lengser." Ucapnya lalu bergaya.

Sudah sepuluh kali jepretan foto tapi Iyas masih saja merasa kurang. "Sumpah nggak kerasa." Kata Iyas.

"Yeuh, mincreng udah ah." Jawab Kak Uje lalu duduk dekat pos.

Menurut anak yang normal, Kale tidak asik untuk dijadikan pemimpin, seharusnya yang menjadi pemimpin yang seperti Kak Iyas friendly, banyak bicara dan jelas sangat humoris. Sehingga anggota yang lain tak sungkan untuk berdiskusi ataupun membicarakan hal lain, tapi sayangnya dimana-mana fisik selalu menang dari pada sikap.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang