32.Macan tidur

419 34 19
                                    

"Saya kalah duluan kalau disuruh bohong, apa lagi soal perasaan." -KALE-

                               *******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                               *******

Kedua temannya telah meninggalkan kamar Kale, yang tersisa hanya Bule. Ia mendekati Kale yang terlihat sangat kacau.

Bule ikut memandang ke arah langit seperti Kale. "Yang sakit nggak cuma Anya, tapi juga lo. Jujur gue paling susah nemuin sisi gelap lo dari temen-temen gue yang lain. Gue nggak mihak lo ataupun Anya, alasan lo gini pasti udah lo pikirin beribu-ribu kali. Tapi kalau mengacunya ke masalah Ica, inget bro yang salah Bokapnya. Dia juga kalau disuruh milih pasti maunya nggak kenal lo. Jangan lupa maafan sama diri sendiri, gue balik ya." Ucap Bule. Kale hanya membalas dengan anggukan.

Setelah perginya teman-teman Kale, ia sendiri melamun di balkon kamarnya. Tak lama Risa datang dengan wajah memerah.

"Abang!" panggil Risa.

Kale menoleh. "Apa, Bun?" tanya Kale.

Risa duduk di ranjang Kale, tanpa diperintah Kale langsung mendekati Risa. "Kamu berantem sama, Anya?"

"Nggak, Bun. Cuma bercanda." Kilah Kale.

"Bercanda?!" Risa mencondongkan badannya pada Kale. "Bunda nggak yakin, bang."

"Bunda anaknya siapa si, aku apa Anya? aku kan, masa lebih percaya sama orang lain." Jawab Kale.

"Hm ... Abang bukan anak Bunda kalau sering bikin Anya nangis." Kata Risa.

"Dianya aja cengeng." Jawab Kale.

"Abang!" bentak Risa, lalu ia menghela nafas dan menggenggam tangan putranya. "Jangan bawa-bawa Ayahnya, Bang. Gimana kalau Ayahmu tahu masalah ini?"

Wajah Kale berubah datar, pasalanya satu keluarga ini berpihak pada Anya. "Aku nggak bisa diem aja liat Ica kaya gitu."

"Apa bikin orang menderita ada pengaruhnya?" tanya Risa.

Kale mengangguk. "Aku ngerasa tenang, kalau Bunda nggak izinin aku buat ganggu Anya, izinin aku buat donorin mata ke Ica."

"Ya Tuhan Azriel Putra." Jawab Risa tak habis pikir. "Bunda suruh jagain Ica bukan berarti Bunda nggak sayang kamu."

Kale mendunduk merasa bersalah. "Keluar gih cari angin biar kamu nggak mumet." Ucap Risa. Kale menoleh pada Risa.

"Boleh?"

"Asal ga minta uang mah sana gih." Jawab Risa, Kale tersenyum tipis.

Jawa sendiri tengah menikmati kopinya di angkringan sendirian, tadinya dengan Epot tapi sengaja Jawa usir. Adanya orang itu malah membuat Jawa semakin pening.

"Jawa?" panggil Sifa ketika sudah berdiri di hadapannya. Jawa menoleh pada Sifa.

"Oi, Fa. Ngapain kesini udah malem lho ini." Jawab Jawa sambil tersenyum simpul.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang