65.Berakhir

791 44 0
                                    

Mari mengakhiri rasa sakit sama-sama. bye.
_______________________________________

"Bisa pergi kan Lang? Anya mohon Lang, lupain semua tentang kita," kata Anya memohon. Galang menatap lekat mata Anya lalu bangkit dan berlari menuju aula dengan air mata yang ia tahan.

Kehilangan mereka berdua adalah kesedihan terdalam bagi Anya, tapi dipermainkan oleh mereka lebih sedih dari itu. Di aula sudah penuh orang-orang yang telah mengganti pakaiannya.

"Galang kamu dipanggil kakak kamu ditunggu di ruangannya," ucap Pembina tampil. Galang hanya membalas dengan anggukan lalu pergi padahal Abigel ingin beertanya kemana perginya Anya.

Tiba Anya saat Galang pergi dengan mata sembabnya. "Sonya kamu tidak apa-apa?" tanya pembina tersebut. Anya menggeleng sebagai balasan, malang sekali nasib gadis itu.

"Saya bisa ganti baju sekarang Bu?" Tanya Anya. Ibu mengangguk lalu Anya pergi berganti baju.

Sekarang bagaimana bisa ia tampil dengan pikiran yang berantakan seperti ini.

"Ada apa Kak?" tanya Galang pada Mutiara yang duduk di bangkunya.

"Lho kamu belum ganti baju?" Galang mengangguk.

"Duduk dulu," kata Mutiara lalu Galang duduk. "Kakak perlu kamu buat debat gantiin Aqila anak kelas unggulan kubu dua, dia tiba-tiba ada acara keluarga jadi nggak masuk hari ini, bisa kan?" tanya Mutiara yang percaya bahwa adiknya ini paling hebat.

"Bisa, Galang ganti baju dulu," balas Galang.

"Kamu nggak papa Lang?" tanya Mutiara saat Galang tengah memegang knop pintu untuk keluar ruangan. Galang menoleh pada Kakaknya.

"Nggak papa," kilahnya. Tapi tetap saja seorang mutiara tak begitu mudah untuk ditipu.

"Ada apa?" tanya Mutiara pada dirinya sendiri saat Galang telah pergi.

Sambil berganti baju pikiran Galang bertanya-tanya siapa yang telah memberitahukan Tapsaya pada Anya, antara Sifa, Mutiara dan Fahri, hanya mereka yang tahu dan mereka tak mungkin mengatakannya lantas siapa?

Hari semakin siang, anak yang tampil diberikan sarapan sehat agar bertenga, pokonya hari ini yang terpilih tampil diperlakukan sangat spesial.

Anak-anak kelas X dan XII sudah berkumpul di lapangan luas tersebut untuk melihat penampilan sekaligus menyimpulkan apa yang mereka jelaskan karena nanti yang mereka simpulkan akan masuk ke nilai pengetahuan, jadi semuanya harus fokus memperhatikan sampai akhir.

Dari peserta yang terpilih tampil ada yang gugup, demam panggung, membaca naskah berulang-ulang, santai, dan sedih seperti Anya. Wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Dipasang ya nomer urutnya," kata pembina. Semua anak langsung memasangkannya kebetulan Anya urutan ke tiga jadi ia tak harus menunggu lama.

"Yang tampil pertama dimulai dari jam sembilan, untuk itu kita sekarang tunggu karena akan ada sedikit tampilan pembukaan dari anak-anak sanggar tari," lanjutnya memberikan informasi. Dengan mudah semua anak paham.

Sesekali mata Galang menatap keberadaan Anya, sumpah demi apapun ia ingin memeluk gadis itu dan berkata kalau ia tak sendirian, banyak orang yang sayang padanya termasuk Galang sendiri, penyembuh luka bukan berarti Galang akan mencampakkan Anya sesudahnya, kalau kemarin dengan Cindy hanya ada tujuan tertentu saja.

Jam telah menunjukkan angka sembilan pembukaan telah selesai, sekarang anak yang terpilih akan segera tampil di panggung.

"Dirga Aditama." Panggil MC-nya. Anak yang di panggil segera maju, jantung mereka berdetak lebih kencang dari biasanya. Sebab ini yang menyakisikan semua anak dan para Guru.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang