Air dan minyak mengingatkanku pada goreng telur mata sapi, jujur banget.
******
Hari demi hari berlalu, tak terasa ujian kenaikan kelas lusa akan dimulai, Jum'at pagi ini Anya tengah belajar bersama Galang di tempat biasa. Apa yang Galang pikirkan benar, Anya tipe orang yang sama dengannya bisa belajar dalam kurun waktu yang singkat, perubahannya begitu pesat karena Anya belajar bersungguh-sungguh ditambah ia dibantu oleh Galang, itu benar-benar sangat membantu.
"Yey, lima soal bisa Anya selesain dalam waktu lima menit!" ucap Anya sambil tersenyum lebar.
Galang mengambil kertas jawaban milik Anya. "Itu artinya satu soal-satu menit, masih kurang." Jawab Galang.
"Aishhhh." Kesal Anya sambil mengerutkan bibirnya, tak lama ia kembali tersenyum lebar, "Kata Guru bimbel Galang bener, nggak ada manusia yang bodoh melainkan cuma males. Anya dari dulu nggak pernah dituntut buat juara satu dua atau tiga sama Ayah dan Mama, Anya jadinya bodo amat mau dapet atau nggak juga, lagi pula kalau orang tua nuntut ini itu sama anaknya sebagian besar ada yang berdampak buruk, mereka nunggu Anya sadar."
Mendengar ucapan Anya membuat Galang ikut tersenyum lebar, "Gue emang sekeren itu jadi Guru privat lo."
Anya langsung memutar malas bola matanya."Kale pernah bilang, pandainya manusia itu bukan diukur dari seberapa besar nilai yang didapat, tapi seberapa bisa manusia itu mengaplikasikan hal baik yang dia pelajari ke dalam hidupnya sendiri, misalnya gini rajin itu diajarin lho dalam kelas, nah kita bisa nggak pakai itu dalam kehidupan kita sehari-hari? kalau masih bilang 'ah' saat disuruh Mama beli garam ke warung, artinya kamu bodoh dan emang males! jangan lupa sama kata sabar yang diajarin juga dalam kelas, kalau baru dikasih ujian dikit aja sama Tuhan bilangnya mau mati aja, artinya kamu bodoh dan emang bodoh banget triple t, mana sabarnya?!" tanya Anya dengan nada meninggi sampai mulut Galang terbuka.
"What? lo bilang gue bodoh gitu?" tanya Galang.
"Lang, pinter itu nggak mencakup tentang pelajaran aja tapi juga tentang sikap dan cara berbicara." Balas Anya.
"Lo nyindir gue karena sering bentak lo?" tanya Galang dengan alis yang terangkat satu.
Anya mengangguk seraya menyengir, "Anya capek, di rumah dibentakin terus, disini juga."
Benar yang Anya katakan, seharusnya Galang tidak sama seperti Kale. "Kale siapa?" tanya Galang pura-pura tak tahu.
"Pacar Anya!" jawab Anya lalu tersenyum malu-malu. Bodoh memang Anya ini.
"Gue kira Bapak lo, bijak banget kaya Mario teguh," balas Galang kesal, raut wajahnya saja langsung berubah datar.
Galang salah bertanya seperti itu, sekarang ia jadi terbakar api cemburu.
"Dia itu emang bijak, ya walau aga-"
Ucapan Anya terputus. "Belajar biar bener, pacaran mulu," jawab Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALE [END]
Teen Fiction[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka terdalam bisa saja disebabkan oleh orang yang kita anggap spesial.