07.Karangan Salsabila

723 53 6
                                    

Tanpa basa-basi Kale langsung memberikan bogeman sangat keras hingga Kevin tersungkar ke lantai, suasana tempat gym mendadak ramai.

"Bangsat!"

Kepalan tangan Kevin melesat saat Kale memelintirnya kebelakang. Anya panik minta bantuan siapapun untuk memisahkan mereka.

Nafas Kevin tercekat saat Kale menahan menggunkan dua lengannya, ia mengerahkan segala tenaga dan membanting tubuh Kale, menindihi kemudian menghujam beberapa pukulan di rahang Kale.

"KEVIN UDAH!" teriak Anya serak. Sudut bibir Kale sobek.

Kevin menghentikan gerakannya sambil mengatur nafas dikesempatan itu Kale beringas membalikan posisi, baru satu pukulan Anya sudah menariknya, coba memisahkan bersama para satpam yang datang.

"URUSAN KITA BELUM SELESAI!" ketus Kale saat sudah ada di luar, menarik Anya yang tubuhnya bergetar.

Selama perjalanan pulang Kale diam, fokus menyetir dengan pandangan lurus kedepan. "Kale nunggu aku jelasin sesuatu?"

"Nggak," balas Kale singkat. Ia coba meredakan emosi. "Aku tau Kevin yang cari-cari cara buat deket kamu."

Beginilah hubungan keduanya, dibumbui rasa percaya satu sama lain karna itu adalah kunci bisa bertahan lama.

Mereka sampai di depan rumah Anya, Kale memutuskan untuk langsung pulang.

"Jangan lupa diobatin ya? eh kok bibir Kale pucet?" Mata Anya memecing menyelidik.

Kale menggerakkan lehernya yang terasa pegal. "Aku nggak enak badan."

Anya menggigit bibir bawahnya sambil membuka jaket yang Kale berikan tadi, berjingkat untuk memakaikan pada Kale yang hanya memakai celana kolor dengan kaos. "Minum obat terus bobo," perintah Anya lembut yang tahu jika cuaca dingin seperti ini Kale pasti demam.

Tubuh Kale mendekat lalu mengecup kening Anya sekilas. "Sana masuk," kata Kale dengan suara berat. "Apapun yang mau kamu jelasin aku nunggu kamu siap," lanjut Kale. Anya menghela nafas, ia tahu Kale adalah salah satu mahluk bumi yang telepati.

"Maaf ya aku buat nunggu," balas Anya. Bibir Kale mengulum senyum simpul dan mengangguk.

Entah apa yang akan Anya jelaskan Kale yakin itu bukan masalah besar, pikiranya.

🐟🐟🐟🐟

"MAJU, SERANG!" sorak Bule memimpin tawuran antar sekolah Alberto dan Jailen yang sudah kerap terjadi setiap tahun. Pemicu utamanya jelas angkatan leluhur mereka, angkatan sekarang hanya meneruskan, mungkin sampai tahun-tahun mendatang, selalu.

Jalan raya Juandi itu seketika jadi ricuh, keduanya sama-sama beringas saling serang, tinju sudah melayang berkali-kali.

"JANGAN ADA YANG MUNDUR, ABISIN MEREKA!" teriak Bule hingga urat lehernya mencuat jelas. Tahun ini angkatan kelas 11 Jailen memang diketuai oleh Bule sedangkan Alberto oleh Kevin tentunya.

Bule berdiri gagah bersama pasukan dari sekolah Jailen, di tangan kanannya terdapat cerulit. Maju melawan anak-anak Alberto.

Jawa yang terlibat ikut melawan, coba menakis serangan lawan. Sedangkan Epot? laki-laki itu berdiri di sisi trotoar sambil sarapan nasi kuning yang sempat tidak ia makan. Jika ada yang tiba-tiba menyerang tinggal ia timpuk pakai sambal dari nasi. Ah anak itu tidak pernah serius akan segala hal.

Kevin memberikan pukulan tiba-tiba pada rahang Jawa, sudut bibirnya sobek. Jawa membalas dua kali lipat, Kevin mencudah saat mulutnya keluar darah. "BANGSAT!"

Dua kali tinjuan dari Kevin berhasil Jawa hindari tapi untuk pukul perut menggunkan kaki Jawa lengah, tubuh tegapnya hampir limbung kebelakang. "Lo nggak jauh beda sama temen pengecut lo itu wa, Kale. Dia pengecut," ketus Kevin.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang