63.Terbongkar

616 40 3
                                    

Bye Kale....

                           **********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                           **********

Jawaban Chika dari Jawa sama sekali tak membantu karena Jawa sendiri dan Epot tak mengenalnya, hanya Kale yang mengenal tapi ia enggan membuka suara karena takut salah orang.

Sejujurnya di hati Kale ia sangat yakin jika Chika itu adalah anak teman bundanya, karena Chika bersekolah di Gapara. Mungkin nanti semua akan terungkap.

Keesokkan harinya si Wanke Galang disambut ramah oleh semua warga Gapara, mutiara sudah mengumumkan pada semuanya untuk tidak ada dulu yang meminta bantuan pada Galang sebab adiknya baru bangun dari sakit. Para penyelidik tiap hari datang ke Gapara untuk mengusut tuntas kasus ini, alhasil setiap harinya Chika selalu merasakan takut.

Sebelum mulai pembelajaran pagi ini semua anak kelas Xl di kumpulan di lapangan untuk memberikan pengumuman tentang kembali di mulainya program GPR.

"Yey! kita harus siapin waktunya sisa enam hari lagi nya supaya hasilnya bener-bener matang," kata Abigel bersemangat karena ia terpilih.

"Iya," Anya menghela nafas. "Ini artinya Anya bakalan jarang banget buat ketemu Ibu," ucap Anya. Ibu yang Anya maksud adalah Ibunya Ray.

"Jangan lupa hari terakhir ngobrol sama Ibu harus ngasih sesuatu buat dia supaya berkesan gitu lho," saran Abigel.

"Niatnya Anya emang gitu gel." Balas Anya. Mereka berjalan menuju kelas.

"Oh iya Nya, Kak Jeff udah sembuh?" tanya Abigel yang tahu bahwa Bule adalah teman Kale.

Anya menggelengkan kepalanya. "Sadar aja belum," jawab Anya dengan wajah sedih. Kale akan sangat terpuruk bila Bule meninggal dunia.

"Gue masih penasaran siapa pelakunya, banyak yang yakin Kak Jeff, tapi gue nggak yakin si, dia juga korban kan?" tanya Abigel. Anya mengangguk.

Jam istirahat berbunyi Galang berlari ke kelas Chika sayangnya gadis itu tak ada, Chika sendiri tahu Galang akan mencarinya jadi sebisa mungkin ia menjauh. Saat Galang berjalan ke kelas Anya terdengar desas-desus yang membicarakan dirinya dengan Bule, hal itu membuat Galang muak sebab ia yakin bahwa keduanya adalah korban. Dari arah menuju kelas Anya berbelok keruangan pribadi Mutiara, syukur Kakaknya tak ada Galang pun menghiup kan speaker cadangan yang ada di ruangan tersebut, ya di ruangan Mutiara memang ada cadangan untuk berjaga-jaga.

Terdengar suara speaker, semua yang mendengarnya langsung menghentikan aktivitas mereka masing-masing, biasanya jika pengumuman di speaker seperti ini bila ada kabar genting saja, termasuk Anya dan Abigel menghentikan langkahnya, tujuan mereka yaitu ke kantin.

"Selamat pagi, salam sejahtera untuk semuanya..."

"Galang?" Ucap Anya. Abigel mengangguk.

"Iya suara wanke! kabar apaan dah?" tanya Abigel penasaran.

"Attention please saya Galang Azi pengestu ingin menyampaikan sedikit hal yang sangat mengganggu ketenangan saya tentang kasus yang kemarin kalian dengar, tolong jangan ada yang menuding saya ataupun Kak Jeff atas kasus ledakan besar itu karena kami disini hanyalah korban!" ucap Galang tegas.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang