06.Dua hama

823 60 4
                                    

Salsabila terus saja modus pada Kale dengan alibi akan membicarakan beragam jenis kamera, bahkan saat jam istirahat saja gadis itu memakan jajanannya di sebelah Kale ditempat yang biasa.

"Wa, Najwa sama adik kelas yang gue kenalin kemarin cakepan mana?" tanya Epot yang duduk di sebelah Jawa sambil memakan somay.

"Najwa." Jawa menjawab cepat.

"Mau-mauan lo nyuruh Jawa move-on udah tau dia mah tolol," cetus Bule. "Cewek begitu masih aja diperjuangin."

Epot tertawa. "Usaha le, gini-gini gue peduli sama Jawa."

Masa bodo, Jawa yang tengah memakan mie goreng tidak mau ambil pusing. Sudah banyak gadis yang teman-temannya comblang kan pada Jawa tapi dasarnya anak itu bucintol (budak cinta tolol) susah.

"Lo nggak akan ngerti apa lagi si Bule, dia kan nggak pernah serius suka sama orang," Jawa menyeletuk.

"Bacot dih? gue nunggu anak lo lahir, baru gue nikahin," balas Bule. Epot bergidig geli.

"Selera lo kenapa aneh-aneh si anjing?!" kesal Epot. Kale yang samar-samar mendengarkan obrolan tersebut tersenyum tipis, senyum yang membuat Salsabila di depannya merasa senang.

Salsabila basa-basi membuka obrolan. Ketiga temannya sudah tahu bahwa Salsabila juga tidak jauh berbeda dengan kumpulan gadis penggemar Kale, caranya saja yang beda. Intinya Salsabila menyukai Kale.

Bosan suasana hanya seperti ini-ini saja Epot memilih mengundang si Meri, laki-laki lekong yang pintar meramal jika dikasih kopi hitam.

Dengan gaya ala-ala ngondek laki-laki berbadan tambun itu menyilang kan kaki secara anggun, menyesap kopi yang Epot beli dari kantin. "Siapa ni yang mau e-keu ramal?"

"GUE LAH!" Epot mengacung tangan lebih dulu.

Mata Meri terpejam dengan mulut komat-kamit. "Jodoh lo cewek, manis."

Wajah Epot sudah sumringah. "Suka nongkrong di jembatan," lanjut Meri.

Semua tertawa. "Yeuh, si manis jembatan Ancol?" sungut Epot. "Dari kemarin rasaan jodoh gue dari alam gaib mulu."

"Lah nggak salah, sesama berasal dari alam ghaib terima aja si," kata Bule yang tengah meminum granita. Semua kembali tertawa termasuk Kale yang sedari tadi hanya mengangguk dan berdehem saat Salsabila mengajak berbicara.

Jawa tidak pernah mau diramal sebab ia yakin akan berjodoh dengan Najwa.

🐟🐟🐟

Rencananya hari ini sepulang sekolah Kale dan Salsabila akan mengambil foto bertemakan alam, di sekitar bukit Bogor.

Tapi sebelum meluncur ke sana Kale mengajak Salsabila ke warung mang Dadung sebab sepulang sekolah Kale memang harus bertemu Anya disana. Menggunkan mobil sedan Salsabila keduanya pesat meluncur. Dalam hati Salsabila sudah senang akan di ajak kesuatu tempat.

Rasa senangnya langsung pupus saat Kale bergegas turun dari mobil dan mengecup puncuk kepala Anya. "Salsabila, temen ku," kata Kale memperkenalkan dengan wajah datar.

Dengan senyum ramah Anya menyodorkan tangan. "Anya." Tentu dengan senyum terpaksa Salsabila membalas. Anya sama sekali tidak cemburu, ia tahu Kale tidak akan tega untuk berselingkuh dengan gadis lain.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang