31.Pecah

429 32 4
                                    

Banyak nuntut tapi nggak mau dituntut balik. -Anya

                            ********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                            ********

Dua hari setalah hari itu, terjadi tanggal merah dan tanggal merah kali ini Bule bisa menghirup udara luar, ia telah diperbolehkan pulang. Nenek dan Bule juga pagi ini telah selesai dengan persidangannya yang benar-benar keluar menggunkan uang denda, ya walaupun mobil Bule ikut terjual, dan besok lusa Bule akan masuk sekolah di Gapara.

Disisi lain Kale tengah melihat Ica terapi di taman ditemani oleh kedua orang tuanya dan dengan Gladis.

Anya melihat sekejap pada taman dan ia langsung paham bahwa Gladis adalah anak dari Dokter tersebut. Selesai trapi Gladis dan Kale duduk di ayunan taman, mengenang semua masalalu mereka berdua.

"Inget nggak lo, dulu lo pernah nangis karena nggak bisa ngitung pakai jari?" tanya Gladis pada Kale.

"Sampe sekarang aja gue nggak bisa." Jawab Kale. "Tapi insting gue kuat."

Gladis terkekeh kecil. "Kadang gue bingung itu kelebihan atau kekurang lo si?"

"Inget nggak dulu siapa yang bisa naik tapi nggak bisa turun?" giliran Kale yang bertanya.

"Yahh! itu mah sampai sekarang juga masih." Jawab Gladis.

"Dulu lo sempet pipis di celana saat tampil buat hafalan doa-doa pendek, inget?" tanya Gladis.

Mengingat itu membuat Kale tersenyum geli, semalu itu dia sewaktu kecil. "Hahaha, senyum inget kan lo?" tanya Gladis.

"Berisik lo." Kesal Kale.

"Semua anak-anak langsung tutup hidung sampai acaranya selesai, nerves banget si Antoo kecillll." Ucap Gladis gemas lalu menertawakan Kale.

Saat keduanya sedang tertawa Anya datang membawa dua gelas jus dan berbagai cemilan lainya. Gladis langsung menghentikan tawanya dan memperhatikan Anya. Gladis masih ingat perkataan Kale kalau gadis yang membawa nampan itu adalah pembantu barunya, tapi sangat aneh, kenapa sangat terlihat cantik?

Anya menyimpan semua yang ia bawa tanpa sedikitpun memandang pada Kale, kalau dibilang cemburu rasanya lebih dari itu bagi Anya. Kale tersenyum kiri melihatnya. Selesai menyimpan Anya hendak pergi.

"Sory, kamu." Panggil Gladis membuat Anya menghentikan langkahnya lalu berbalik.

"Saya?" tanya Anya sambil menunjuk dirinya sendiri. Mata Anyapun sesekali memandang pada Kale, perlahan tubuh Kale mendekati Gladis dengan sengaja.

"Iya, sini." Jawab Gladis.

Kaki Anya berjalan mendekati kedua orang tersebut. "Ada yang salah sama jus atau cemilannya?" tanya Anya.

Gladis menggeleng sambil tersenyum. "Nama kamu siapa?"

"Sonya panggil aja Any-"

"Kacung." Sekat Kale. Gladis dan Anya menoleh pada Kale.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang