70.Pada akhirnya

1.4K 61 14
                                    

Semua tidak berjalan atas kehendak mu, tapi atas kehendak skenario Tuhan. -Bye aku....

                            **********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                            **********

Rumah Galang besarnya melebihi rumah Kale, jujur Anya takut. Disini juga sangat sepi sekali, karena merasa tak enak hati akhirnya Anya mencari Galang untuk sekedar mengajak Anya bercanda ria, saat tengah mencari Galang terdengar suara keributan di arah kamar Mutiara Anya pun mengendap-ngendap menguping.

"Nggak bisa gitu Lang, Kakak udah rencanain semua buat kamu di luar negeri, Anya biarin disini dengan Kakak," ucap Mutiara pada adiknya.

"Nggak Kak, plis batalin semua. Galang nggak mau harus jauh sama Anya." Kata Galang.

"Cita-citamu sebagai dokter bagaimana? beasiswanya juga, ini sekali dalam seumur hidup Galang." Balas Mutiara tegas.

"Kak ... Galang udah putusin buat batalin semuanya demi Anya." Ucap Galang membuat Anya langsung membekap mulutnya sendiri.

Ini tak boleh terjadi, Anya harus dapat membuat Galang menuruti perintah Kakaknya. Anya pun berlari menuju kamarnya, ia duduk di kaca dan memikirkan jalan keluarnya. "Gimana ini?"  tanya Anya dengan wajah putus asa. "Sebenarnya Anya cinta sama siapa sih?" tanya Anya pada dirinya sendiri. Ia bingung, satu sisi pada Kale masih ada rasa sisi lain pada Galang juga ada.

"Ya! Anya harus bilang kalau Anya lebih sayang Kale agar Galang mundur, udah itu Anya bakalan nginep di rumah Sifa sambil nyari keluarga Anya dan pergi dari mereka semua, mudah kan," kata Anya dengan senyuman manisnya lalu senyum itu pudar. "Ah tetep aja susah!" kesal Anya sambil mengacak rambutnya.

Keluarga Kale merasa bahagia atas kesembuhan kembali Ica, hanya Kale yang merasa hampa dan tak bergairah melakukan semua hal, dulu memang ia pernah berkata akan mengunjungi Anya tapi itu juga hanyalah permainan saja.

"Abang kenapa si Bun?" Tanya Ica berbisik saat mereka sarapan pagi.

"Nanti juga kamu tahu," balas Risa sambil membantu Bi Isma.

"Ica nanti ayah beliin kalung kupu-kupu biar sama kaya gelang mu ya, mau?" tanya Febrianto sebelum ia pergi bekerja. Ica mengangguk senang.

"Iya Ayah!" Balas Ica. Febrianto menujukan pipinya dan Ica langsung menciumnya dengan sayang.

"Hati-hati Ayah." Kata Risa.

"Nggak mau cium juga?" tanya Febrianto.

"Ica ke Abang ah," ucap Ica yang tak mau menggangu Ayah dan Bundanya itu, lalu berjalan menuju kolam ikan ada Kale yang tengah mengerjakan tugas kuliah.

"Abang." Ucap Ica lalu duduk di sebelah Kale.

"Udah berangkat si Ayah?" Tanya Kale. Ica mengangguk.

"Minta banyak nggak kamu?" Ica menggeleng.

"Nanti duit si Ayah habis!" ucap Ica dengan cengirannya. Kale hanya tersenyum tipis lalu melanjutkan pekerjaannya.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang