5. The Payment⚠️

3.3K 199 5
                                    

Minha pov

Pada akhirnya, mereka benar-benar mendapatkan Jeon Jungkook. Assassin imut tapi lincah kepunyaan Kim Seokjin itu. Bagaimana caranya? Yah, mereka saling bertukar Assassin. Cerdik, kan? Tapi aku tidak percaya begitu saja. Mana mungkin Assassin kesayangan seperti Jungkook ini sanggup dilepas hanya dengan bertukar? Karena kedua Park sialan iti tidak mau menjawab, jadi aku menemui Kim Seokjin dan bertanya.

Kalian tahu apa jawabannya? Dia bilang, Assassin itu adalah kepunyaan tuannya, yang membentuk dan mengayominya. Dia tidak akan meninggalkan tuannya, kecuali jika tuannya sudah mati. Jadi, kapanpun Jeon Jungkook mau, dia bisa kabur kapan saja. Bagaimana bisa aku menghentikan kaburnya seorang Assassin? Lagipula aku tidak mau bermusuhan dengan Kim Seokjin karena bersikeras mengambil Assassin kesayangannya, jadi aku mengalah saja.

Nama bocah itu Jungkook. Dia murid SMA. Dan aku tercengang. Sumpah. Kejam sekali Kim Kim Seokjin, menjadikan anak dibawah umur sebagai Assassin, dan gilanya anak ini bahkan terkenal saking lihainya membunuh tanpa meninggalkan jejak.

"Berapa nilaimu?" tanyaku, penasaran, menatap bocah bening dengan gigi kelimci maju yang membuatku gemas ingin memukulnya dengan palu.

Dia mengernyit. "Aku tidak bisa kau bayar!" uhhh, dia sensitif sekali.

"Mau kupukul?" aku mengenyit tajam padanya, dan dia hanya memalingkan wajah ketika kutatap begitu. Ada aturan didunia Assassin. Mereka tidak boleh menatap mata tuannya atau orang yang sederajat langsung dengan berani. Kecuali, ketika diizinkan. "Maksudku, nilai sekolahmu."

Dia seperti tercengang ketika aku menanyakan itu. "Apa urusannya denganmu?" dia kurang ajar sekali. Jika dia punyaku, akan kugunting mulutnya itu. Tapi aku paham kenapa dia bisa begitu. Dia masih labil, dan anak seumurannya biasa memiliki jiwa pemberontak. Yang tidak biasa itu pekerjaannya.

"Kau benaran mau kusiksa?" kutatap tajam matanya.

Dan dia menunduk, dengan kesal. "Nilaiku diatas rata-rata," jawabnya. "Kecuali pelajaran olahragaku."

"Kau lemah di voli, ya?"

"Bagaimana kau bisa tahu?" dia kaget.

Aku berdecak, sombong. "Ssshhh, itu adalah pelajaran mendasar saat kau sekolah menengah, nak! Untungnya aku sangat jago dulu, jadi aku bisa mengajarimu voli."

Jungkook terdiam sebentar. Lalu menggeleng. "Tidak perlu."

"Kau tidak lihat dia tidak nyaman? Jangan bertanya apa-apa lagi padanya, kasihan, tahu." tegur Lucas, padaku.

Aku mengindahkannya. "Besok kita akan mulai belajar voli!" putusku.

"Tidak perlu..."

"Jangan khawatir, bocah. Kau bertemu ahlinya. Aku sangat jago olahraga dulu, voli seperti ini sih, gampang!" tukasku, sombong.

Lucas mencibir. "Termasuk olahraga malam?"

Aku memukul pelipisnya, kasar. "Diam kau, bodoh. Kau tidak lihat ada anak kecil disini?!" amukku.

"Kalau kau sadar ada anak kecil disini, kenapa kau pakai tanktop dan hotpants didepannya, hah?!" pekik Lucas, tidak terima.

"Pokoknya, bocah, setiap pagi datang kerumahku jam 6. Kalau kau tidak datang, akan aku cambuk kau!" ancamku.

"Hei, kau belum menjawabku, Choi!" seru Lucas.

Aku berdiri, mengindahkan Lucas yang tidak terima aku abaikan. "Sekarang pergilah. Awasi aku, bocah. Aku akan pergi membayarmu dulu dari Park bersaudara," ujarku, sambil melambaikan tangaku kedepan.

Sexiest Mafia [NC18+]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang