42. Se*ks, Obviously⚠️

2K 125 15
                                    







































;

"Aaa, keren sekali! Minha! Fotokan aku disini." Jiwon menyerahkan kameranya padaku tepat setelah kami memasuki teras villanya. Lumayan, mewah dan asri. Ada seorang pengurus yang katanya harus digaji Jiwon mulai sekarang, dan aku tahu Jiwon pasti sanggup untuk menggaji seorang pengurus villa tua dan suaminya.

Mereka yang menyambut kami.

"Selamat datang, nona Kim, dan nona Choi, nama saya Gu Han-ah, kalian bisa panggil saya Bi Han-ah, atau Hanah saja, sesuka kalian." sang wanita tua menundukkan kepalanya beserta seorang pria paruh baya yang sibuk menyimpan kembali selang air yang baru saja dia gunakan menyiram bunga dihalaman depan villa.

"Baiklah, Hanah. Bisa tunjukkan kamar tamunya? Aku mau merebahkan diri." aku langsung berucap. Habisnya, menyetir selama 3 jam itu lumayan melelahkan. Apalagi, jika kau bersama Jiwon yang kerjaannya hanya tidur, makan, dan mengajaknya mengobrol sepanjang perjalanan.

Bibi tua itu tersenyum, "Suamiku akan mengantarkan anda, nona. Dan nona Kim, apa anda mau berkeliling dulu?"

Jiwon langsung mengangguk. "Tentu! Ayo kita lakukan room tour!" serunya, semangat. Bi Hanah tertawa kecil, sebelum akhirnya mengkode suaminya untuk mengantarkanku kekamar tamu, dan suaminya hanya mengangguk singkat.

"Oh iya." aku memandang bi Hanah yang baru saja akan berlalu dengan Jiwon, "Makan malam harus siap jam tujuh."

Bi Hanah hanya mengangguk dengan sedikit gugup saat melihatku. Yah, aku tidak heran sih. Lucas saja sering bilang ekspresiku saat lelah itu terlihat seperti ingin membunuh orang. "Jangan ketakutan," aku mendeham. "Aku hanya perlu mandi dan tidur. Aku tidak makan orang."

Setelah berucap begitu, aku meletakkan tasku dengan santainya didepan suami dari bi Hanah, lalu berjalan santai kedalam villa.

Jiwon tersenyum canggung pada kedua orangtua itu, merasa tidak enak. Padahal kedua pengurus itu sama sekali tidak tersinggung dengan sikap itu. Mereka sudah biasa menghadapi sikap yang lebih dingin. Dan mereka sangat tahu jika orang-orang dari dunia mafia itu memang selalu begitu, tidak ramah.



.

.

.




Tidur dengan suasana dingin, balkon terbuka yang menghembuskan angin sepoi-sepoi adalah yang terbaik. Itu kenapa Jiwon meminta paman Ji—suami bi Hanah untuk memberikan kamar dengan balkon yang menghembuskan angin hutan yang sejuk.

Makanya, sekarang gadis manis itu sekarang tengah tertidur lelap dibalik selimutnya, bergelung kesana kemari, menikmati kulitnya yang bersentuhan dengan selimut dan angin sepoi-sepoi.

Hingga dia bahkan tidak sadar bahwa ada sesosok manusia dengan pakaian santai menyelinap kedalam kamarnya.

Pria itu tersenyum asimetris, memandangi gadis yang bergelung dengan selimut, sambil bergumam tentang beberapa hal random,

"Hmm, hmm, ini enak."

"Hmm, rasanya manis."

"Uhh, ini pahit. Gak suka."

"Huuuh, aku juga mau makan itu."

Pria itu berhenti. Sibuk menyimak apa yang digumamkan gadis itu dalam tidurnya. Mulai dari kesedihannya karena dilarang kesuatu tempat, dilarang makan itu dan ini, lalu sampai keiriannya pada kakaknya karena dia tidak diizinkan bermain bersama mereka.

Tipikal gadis yang selalu dijaga bak tuan puteri, dulunya.

"Aku tidak tahu." pria itu tersenyum tipis. "Aku tidak tahu kenapa, aku bisa merindukanmu sampai seperti ini."

Sexiest Mafia [NC18+]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang