44. Sacrifice

654 109 15
                                    

























;

Minha dan Lucas memasuki mobil yang terparkir apik diantara mobil mewah lainnya, sementara pasukan dengan baju besi itu mulai mendekati mereka berdua.

"Lucas, tidak ada waktu untuk kekuar dari parkiran! Mereka mendekat!" pekik Minha.

Lucas mengeratkan setir. "Ada!"

Setelah itu, pria itu mulai menerjang mobil yang berada didepannya, tidak sempat jika harus mengeluarkan mobil dari parkiran dengan rapi. Jadi, dia menabrakkan ferarri mahal itu kemobil yang ada didepan mereka, lalu melajukan mobilnya lurus.

"Lucas!" Minha berteriak ketika dia mendengar suara tembakan dari belakang, sial, mereka mengejar dengan helikopter. Diluar dugaan!

"Kenapa bala bantuan belum datang?" tanya Minha, sembari merogoh dashboard mobil untuk mengambil senapan.

"Kim Seokjin. Dia tahu jika aku akan memanggil bala bantuan, dan dia merusak ponselku." kesal Lucas.

"Sial, ini diluar dugaan, kukira Taehyung yang akan menyerang," kesalnya. Dia dari awal sama sekali tidak begitu mencurigai Seokjin, karena dari awal Seokjin itu adalah orang yang dimintai Namjoon untuk mengawasinya, dan dia sudah meluruskan semuanya dengan Namjoon. Jangan bilang jika Namjoon mengingkari ucapannya. Minha sangat tahu pria itu tidak akan pernah bersikap sepengecut ini.

Minha mengeluarkan telepon dari balik tas kecilnya, sementara dirinya kini sudah membuka kap mobil dan memosisikan senapannya kebelakang mobil-mobil yang mengejar mereka dengan kecepatan penuh. "Telepon Yuta, atau Taeyong."

Minha menarik pelatuk, dan menembakkan ban mobil yang hampir mendekati mereka. Dia menunduk begitu melihat sebuah pistol mengarah padanya. Sulit sekali menembaki mereka, karena mereka begitu banyak. Tapi Minha tidak menyerah, dia mengambil dua pistol, dan menembaki mereka semua asal. Tidak sempat untuk membidik dengan benar.

Jalanan sepi itu mulai menggelap karena hari akan malam, dan Minha berinisiatif menembali lampu sen mereka. Sekarang mereka akan kesulitan untuk melihat kedepan, haha.

"Min! Yuta bilang kita harus pergi kearah barat!" pekik Lucas.

"Untuk apa kau lapor padaku disaat begini?!" bentak gadis itu.

"Barat itu arahnya jurang. Dan dibawah jurang ada laut. Untuk apa kita diarahkan kesana?!" teriaknya.

"Ck, jangan buat aku berpikir Lucas, atau akhhh—"

Lucas melirik gadis itu panik karena sekarang dia melihat bahu Minha berdarah karena terkena tembakan. Dia menyesal mengajak gadis itu bicara tadi. "Oke, fokuslah. Aku akan cari solusi sendiri!"

Ciittt mobil itu berdecit kearah kanan—barat. Lucas tidak dapat berpikir jernih. Minha terkena tembakan, dan pasukan Kim Seokjin sialan itu semakin banyak dan mendekat. Jika dia tidak segera mendapatkan bantuan, mereka akan tertangkap cepat atau lambat. Jadi, barat adalah satu-satunya pilihan dan Lucas berharap dia tidak salah pilih.

Lucas berdecih ketika sinyal terputus. Dia tidak bisa menelepon lagi.

Dan Lucas lebih terkejut lagi, asap merah mengepul dari arah jurang. Berarti Yuta memang disana. Tapi, dia sudah kalah. Yuta sudah kalah, karena asap merah adalah pertanda terakhir dari Yuta yang akhirnya mereka tidak boleh disana. Sialan, kenapa orang-orang itu tahu jika Yuta disana?!

Lucas melihat Minha yang menembak dengan sebelah tangan, dahinya berkeringat dan sebelah tangannya memegangi bahunya sendiri, menutup luka itu dengan gaun yang entah sejak kapan dia robek untuk menutup aliran darah dari bekas tembakannya.

Sexiest Mafia [NC18+]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang