.
.
.
.
Minha membuka matanya saat dia sudah memastikan bahwa Taehyung sudah tertidur lelap disampingnya. Dalam hati, dia merutuki apa yang terjadi malam ini. Sekamar dengan orang yang menjadi musuh bebuyutannya, dan terlebih lagi, saat dalam keadaan sadar. Minha tidak tahu sebenarnya apa yang ada diotaknya saat dia sadar betul bahwa pria yang sedang menikmatinya itu adalah si brengsek yang membunuh Jongin. Tapi sungguh dia sudah tidak sanggup berontak lagi malam itu. Anggota tubuhnya meneriakkan sebuah balas dendam atas dominasi Taehyung atas tubuhnya.
"Aku akan anggap ini tidak pernah terjadi." Minha menegaskan dalam hati, sembari melirik jam dikamar itu yang menunjukkan pukul 3 dini hari. Dia mulai dengan Taehyung dari jam 9 malam, dan baru selesai satu jam lalu. Sialan.
Dengan cepat, Minha memakai pakaiannya kembali, berniat kembali kekamarnya. Dia tidak peduli dengan rambutnya yang acak-acakan dan tubuhnya yang meskipun masih tersisa sedikit parfum yang dia semprotkan sebelum pergi, jika kau mendekat dan mencium Minha sekarang, sudah dipastikan bau pelepasan yang pekat akan tercium.
Minha menutup tubuh bagian atasnya dengan sweater Taehyung, menutupi bekas ciuman yang dibuat Taehyung.
Minha kira, saat dia keluar dari sana, hanya akan ada para pegawai shift malam yang terlihat, tapi ternyata hotel itu sekarang sedang ramai dengan banyak orang berjas yang mondar-mandir. Minha ingin rasanya mengetahui apa yang mereka lakukan, tapi rasanya sulit karena dia sudah sangat lelah untuk mencari tahu. Mungkin besok saja.
Beberapa orang yang sibuk mondar-mandir itu membuat Minha sedikit susah melewati mereka, sampai akhirnya beberapa pria yang lewat terburu-buru disampingnya menabrak bahunya dan Minha terjatuh karena tidak siap.
"Ah, sial," umpatnya.
"Perhatikan jalanmu, bodoh. Kau menabrak orang, kan!" ucap salah satu pria itu, marah.
Pria lainnya mengedikkan bahu, santai. "Palingan dia hanya simpanan yang baru selesai dipakai dan diusir. Ngapain dipedulikan," jawabnya.
Minha yang mendengarnya menggeram marah. Berani sekali dia mengatakan itu? Gadis itu buru-buru berdiri dengan cepat, sembari mencekik pria yang mengatakan itu kepadanya dengan lancang. Matanya menatap pria itu, nyalang. "Mau mati, hah?"
"Uhuk! Uhuk! Lepas!" pria itu berniat mendorong tubuh Minha yang sedang mencekiknya kuat, sampai akhirnya sang teman mengenali wajah Minha.
"Tunggu, bukankah dia gadis yang dicari presdir? Dia memakai gaun ungu gelap dan wajahnya juga sangat cantik! Itu pasti dia. Cepat bawa dia!"
Minha langsung menyurukkan pria yang tadi dia cekik kearah pria disampingnya, dan dengan sigap tangannya mengeluarkan pistolnya. "Majulah, dan akan kuantarkan kalian ke neraka, sialan."
"Nona, kami tidak berniat menyakitimu, kami hanya—"
"Shut up!!" teriak Minha. "Aku hanya mau pergi kekamarku dan tidur dengan tenang. Kenapa kalian mempersulitku?"
"Nona, kami—"
"Minggir kalian semua."
Minha sedikit terperanjat ketika barisan keramaian itu terbelah, dan seorang pria dengan jas hitam mahalnya datang. Keningnya berkeringat, kancing teratas dan dasi pria itu sudah berantakan, tapi tidak mengurangi aura dominasi yang kental dari tubuhnya.
Wajah pria itu mengeras, dingin, dan kelam begitu melihat Minha. Dia sama sekali tidak gentar mendekati gadis itu meski Minha masih mengacungkan pistolnya. Dan Minha juga tidak sanggup untuk melakukan apapun karena tatapan pria itu menguncinya, membuatnya seolah seperti tertangkap basah mencuri sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexiest Mafia [NC18+]✔
FanfictionMature content⚠️ "Minha itu sangat kuat dan mendominasi, setidaknya sampai dia dihadapkan pada Kim Taehyung." Mustahil bagi gadis sempurna seperti Choi Minha untuk punya satu pria. Tapi ketika dia dihadapkan pada pilihan untuk menikahi salah satuny...