.
.
.
"Halo, tuan Kim, perkenalkan aku Jeffriney Harrow. Senang bertemu dengan anda." dia tersenyum manis kepada Kai yang hanya memberikan senyum tipisnya.
"Saya Kim Jong-in, senang bertemu anda juga, nona Harrow," sapanya.
"Tuan Kim, kau terlalu formal. Pakai sebutan aku-kamu saja," katanya, dirinya sekarang sibuk mengitari kantor Kai yang besar dan megah, memerhatikan banyaknya koleksi barang kesukaan Kai, dan rak foto disana.
Sialan. Jadi ini wanita-wanita yang bekerja sama dengan pacarku, huh? kai, kau tahu kan dia sedang menggodamu? Kalau kau terima dia goda, awas saja! Jeritku kesal, dalam hati.
Kai tersenyum. "Ten—ahh."
Cukup. Aku kesal. Dengan segenap dongkol aku menyelipkan diriku diantara kedua kaki Kai, dan meremas pahanya sampai membuat dia kaget dan menatapku. Dan dia lebih kaget lagi saat melihatku ada diantara kedua pahanya.
"Ada apa?" wanita yang masih memegangi koleksi figur kesukaan Kai itu menatap Kai bingung, lalu pria itu langsung memasang senyum lebarnya. "Se-sebenarnya saya lupa sarapan tadi pagi. Jadi sekarang perut saya rasanya melilit," katanya, sambil melirikku yang menatapnya tajam dibawah.
"Oh! Begitu, pas sekali! Kalau begitu, bagaimana kalau nanti kita makan siang bersama?" tawarnya. Benar 'kan, aku hafal taktik wanita jalang ini! Tidak akan kubiarkan.
Jadi, aku menatap tajam Kai yang melirikku. Lalu dia paham jika aku tidak suka. "E-em, mu-mungkin lain kali—ashh." dia meringis kecil saat aku remas asetnya dari luar celana. Habis aku kesal sih. Kenapa tidak ditolak saja?!
Kai melirikku lalu menggeleng. Dia menepis tanganku dari pahanya, dan itu membuatku malah semakin kesal. Aku baru saja akan buka mulut saat dia mendorongku semakin kedalam meja dengan kursinya, takut Jeffriney si bule sialan itu melihatku.
Huh, Kai, kau pikir kau bisa menghentikan aku?
Sejak kau jadi pacarku, dikamusmu hanya boleh menuruti aku!
Aku meremas pahanya, sensual, dan kali ini Kai mengulurkan tangannya untuk menghentikan aku, tapi aku malah menahan tangannya, lalu menjilat jari-jarinya dengan lidahku. Aku merasakan pahanya bergetar. Aku tahu dia teransang. Dia pernah jujur padaku kalau dia selalu ingin meniduriku saat melihatku waktu kami belum pacaran. Jadi, aku bisa tahu saat ini dia langsung teransang saat melihatku diantara kedua pahanya, aku tahu.
Aku melepas tangannya, lalu beralih keikat pinggangnya. Dengan lembut, aku longgarkan benda itu, membuat Kai mengerang frustasi diatas sana. Dan dia beralasan kalau perutnya sedang sakit. Setelah ikat pinggangnya terbuka dibagian depan, aku membuka resletingnya. Aku tahu kalau aku membuka resletingnya saja tanpa membuka ikat pinggangnya, milik Kai pasti terasa sesak saat kukeluarkan. Kalian tahu? Milik pacarku itu saaangat besar. Jangan dibayangkan.
Lalu aku mengeluarkan miliknya dengan tanganku, dan Kai kembali menahan nafas saat dia menjawab pertanyaan Jeffriney. Perlahan tapi pasti, aku urut benda itu. Aku bisa mendengar suara Kai tersiksa menahan desahnya. Apalagi, saat aku mengocok miliknya dengan kuat. Dia menggelinjang sedikit, lalu berusaha menetralkan dirinya lagi.
Kali ini dia sudah pandai mengontrol suara, meski aku tahu mimiknya masih sedikit mengernyit karena menahan rangsangan dariku.
Aku tersenyum, lalu membuka mulut, memasukkan benda besar itu kemulutku.
"Ashh!" kali ini Kai kelepasan, karena aku langsung menghisap kuat ujung lubang tempatnya pipis itu.
"Tuan Kim, anda yakin perut anda tidak apa-apa?" tanya Jeffriney, khawatir. Cih, aku benci orang lain khawatir pada pacarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexiest Mafia [NC18+]✔
FanficMature content⚠️ "Minha itu sangat kuat dan mendominasi, setidaknya sampai dia dihadapkan pada Kim Taehyung." Mustahil bagi gadis sempurna seperti Choi Minha untuk punya satu pria. Tapi ketika dia dihadapkan pada pilihan untuk menikahi salah satuny...