28. My Promise

857 115 13
                                    

.

.

.

— Minha pov

Sudah 3 kali Namjoon memohon kepadaku  untuk tetap berada di Amerika. Tapi lagi-lagi, aku hanya bisa menolak. Masalahnya, aku punya banyak tanggung jawab di Korea. Dan aku bukan tipe orang yang suka meninggalkan tanggung jawabku hanya karena alasan pribadiku.

Namjoon tidak menyerah, dia menawariku untuk di Amerika lebih lama—setidaknya seminggu lagi—dan lagi-lagi aku hanya menolak. Masalahnya, aku punya banyak job. Kalian tahu sendiri, aku, memiliki banyak hal yang harus ku urusi. Apalagi Lucas tidak bisa melakukan apa-apa jika aku tidak tahu. Meski selama ini dia memang tidak sopan padaku, tapi untuk urusan perusahaan sih, jangankan dia, Yuta dan Taeyong saja tidak akan mau bergerak jika tidak aku perintah.

Meski dengan berat hati, Namjoon akhirnya merelakanku kembali ke Korea bersama Jungkook. Dengan syarat, aku harus mengabari Namjoon kemanapun dia pergi. Malah, pria itu memaksaku untuk tidak pernah mematikan sambungan telepon mereka agar Namjoon tahu apa yang sedang kukerjakan. Dan tentu saja aku menolak. Hell, dia berlebihan.

Sesampai di Korea, Lucas beserta anak buahnya lah yang menyambut. Sementara Jungkook sudah melesat entah kemana begitu sampai dibandara Incheon.

Aju tidak mempermasalahkannya sih, karena dia memang ada urusan dengan trio LYT, Lucas Yuta Taeyong.

Bahkan Lucas saja tidak repot-repot bertanya apakah aku sudah makan atau masih lelah—dan langsung menggeretku ke markas pusat—yang biasanya menjadi tempat Yuta berdiam.

"Hei, apa kabar, nona Kim?" sapa Yuta, sarkas, membuatku sedikit melirik tajam ke Lucas yang pura-pura sibuk memerhatikan markas. Seperti ada yang berubah saja.

"Margaku masih Choi, sialan." Aku memberengut lalu mengusir Yuta secara paksa dari kursinya, dan membuat pria Jepang itu mengumpat kasar lalu menyuruh anak buahnya mengambil kursi lagi.

"Yah, siapa tahu sebentar lagi akan berubah. Kau melakukan itu dengannya dengan segenap Jiwa, bukan? Aku yakin, pasti akan ada satu-dua benih yang lolos," ucapnya, santai, membuatku mendelik tajam kearahnya.

"Keparat. Jika yang ingin kalian bicarakan padaku adalah ini, lebih baik aku pulang saja."

"Tentu saja, itu bukan intinya. Itu hanya awal, Min. Aku hanya memperingatkanmu, jangan sampai kau punya anak dengan Kim Namjoon."

Aku menatapnya, aneh. Bukan karena dia mengurusi kehidupan pribadiku, tapi aneh karena bingung mengenai alasannya. Mengetahui aku membutuhkan penjelasan, Yuta mengkode Taeyong untuk bicara.

"Kim Namjoon itu gila, tidak waras, sakit jiwa."

Taeyong menunjukkan ipad yang sudah dia pegang entah sejak kapan, dan menunjukkan sesuatu kepadaku, yang membuatku terpekik kaget.

— Author pov

"A-apa ini?"

"Proyek RM group yang berhasil aku dapatkan dengan susah payah. Tidak semua datanya bisa aku dapatkan, hanya sedikit info mengenai proyek apa itu. Dan kau bisa tebak dari sini apa itu, Min."

"Pem-pembuatan manusia?"

Taeyong mengangguk. "Yap. Tepat sekali. Dia ingin membuat sebuah pabrik dimana semua manusia jenius, perfect, cantik dan tampan dibuat. Dia ingin membuat sebuah dunia dimana hanya ada orang berkualitas yang mengisinya."

Minha sungguh tercengang akan hal ini. Bukankah ini berarti, setelah proyek ini berhasil, manusia asli yang tidak bisa memenuhi syarat akan dibunuh? Atau, kalaupun mereka dibiarkan hidup, mereka pasti dijadikan pembantu atau budak. Dia tidak percaya Namjoon merencanakan proyek gila seperti ini.

Sexiest Mafia [NC18+]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang