23. Your Lies

936 121 1
                                    

.

.

.

.

.

— Minha pov

"Aku sangat iri pada paman Lucas. Dia punya banyak kesabaran tinggi menghadapimu, mom," Jungkook membetulkan bantal lehernya yang sudah dia pakai dari saat perjalanan Korea ke Amerika itu. Aku membelikannya karena khawatir bayiku kesulitan tidur saat dia dipesawat. Yah, aku memaksanya membawaku juga ke Amerika, dan menyerahkan semua urusan di CMN pada Lucas.

Ini bukan hal baru kok, baginya.

Aku menggamit lengan Jungkook posesif. Meski dia sedang mengenalan setelan yang lumayan keren sekarang, bagiku dia masih terlihat seperti anak bayi yang mencoba memakai baju orang dewasa. Lucu, bagiku. "Sayang. Kita akan menginap dimana?" aku mengabaikan ucapannya. Jujur saja aku sudah ngantuk dan rindu berbaring.

"Di salah satu hotel milik anggota bulletproof, mom. Apa kau lelah? Mau kugendong?"

"Gendong~" aku menengadahkan kedua tanganku keatas, dan Jungkook dengan senang hati menyurukkan punggungnya kearahku, dan menggendongku dipunggungnya. Jungkook bahkan tidak malu saat beberapa orang di bandara memperhatikan kami, dan kalau dia tidak malu, kenapa aku harus malu? Anakku memerhatikan aku, senang sekali rasanya.

A

Setibanya disebuah hotel yang kuakui besar dan mewah itu, ah—sebenarnya sangat, sih. Karena aku melihat presiden Amerika lewat disampingku dengan seorang wanita asing disini. Wow, ini bukan tempat biasa. Jika presiden saja sampai lewat dengan santainya disampingku.

Jungkook membawaku kekamar kelas satu begitu kami sampai, dan meninggalkan aku dikamar secepat mungkin. Aku penasaran kemana dia pergi, dan bagaimana rupa leader mereka. Dengan berbekal kedua hal itu, aku sekarang tengah mengikuti bayiku itu diam-diam. Bukannya aku ingin ikut campur, tapi aku hanya penasaran, cam kan itu.

Jungkook pergi keatap hotel, dan itu membuatku tambah penasaran. Aku berniat mengikutinya menaiki tangga saat aku melihat banyak penjagaan disekitar tangga menuju atap itu.

Aku mengigit bibir. Jika aku melawan mereka, mungkin Jungkook akan mendapat masalah, dan aku tidak akan pernah tahu rencana atau setidaknya apa yang mereka bicarakan. Jadi, aku pun mondar mandir disekitar lorong, memikirkan sesuatu.

Tapi pikiranku mendadak plong begitu aku melihat sebuah lukisan dilorong itu. Dengan tatapan tak percaya, aku mendekat kearah lukisan itu, lalu mengelus tepinya, polos. "I—ini..."

Aku ingat sekali jika Namjoon itu tertarik dengan karya seni abstrak yang indah, memadukan warna dan membuat bentuk-bentuk baru yang terbentuk diotak jeniusnya. Dan salah satu karya yang pernah aku lihat adalah lukisan ini.

Tanpa sadar, aku sudah berjalan menyusuri lorong, menyentuh banyak barang-barang yang membuatku kembali ke masa lalu itu. Namjoon suka barang antik, dan aku melihat sususan barang antik disini. Dan karakter animasi bernama Koya, aku juga melihatnya beberapa dipintu masuk dan juga dilobi. Aku pikir itu hanya kebetulan, tapi sepertinya tidak.

Karena selanjutnya aku bisa melihat pin penjepit ujung kemejanya yang aku beli sebagai hadiah wisuda untuk Namjoon terpampang jelas ditengah lorong, dibungkus dengan kotak kayu indah, dengan penutup kaca. Ini semua terlalu tidak mungkin untuk jadi kebetulan.

Jangan katakan padaku jika ini hanya kebetulan. Aku berlari cepat kembali kelorong menuju tangga itu. Aku tidak peduli lagi. Aku harus memastikan apa benar RR dan Namjoon adalah orang yang sama. Aku tidak takut walaupun saat orang-orang bertubuh besar itu melayangkan tinjunya padaku.

Sexiest Mafia [NC18+]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang