.
.
.
"Kau ini kenapa? Taehyung? Ingin menyatakan perang kepada Namjoon?" tanya Hoseok, tidak habis pikir.
Bukannya berniat menasihati Taehyung yang baik dan benar, tapi kali ini Taehyung sudah kelewatan. Dia tahu Taehyung itu paling suka yang namanya tantangan. Jika dia sudah penasaran, naka tidak akan ada yang bisa menghentikan dia untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Dan sejauh ini, dia memang tidak pernah gagal. Tapi, bagaimana bisa dia menerapkan sifatnya itu kepada temannya sendiri?
"Aku tidak berniat menjatuhkan dia," jawab Taehyung, membela dirinya dengan santai. "Dia tidak tertarik kepada Minha. Dan aku tertarik, jadi, daripada Minha dijadikan bahan percobaannya, kenapa tidak untukku saja?"
"Iya sih, tapi—"
"Hyung, berpikirlah. Gadis itu—sangat wow—dan, apa menurutmu dia pantas dijadikan percobaan? Banyak gadis cantik, pintar, dan punya ambisi didunia ini, tapi kenapa harus dia? Sosok paling sempurna yang aku yakin hanya beberapa didunia?"
"Aku memang setuju dengan itu, Taehyung. Tapi kita bisa bicarakan baik-baik dengan Namjoon. Jika begini, kau malah membuat dia berpikir bahwa kau sedang mengkhianatinya nanti."
"Aku tidak berniat mengkhianatinya. Dialah yang mengkhianati Minha. Aku sebenarnya bisa saja mengajaknya bicara baik-baik soal Minha, tapi aku tidak yakin dia akan mendengarkan. Dan bisa jadi dia akan mewaspadaiku jika tahu aku mencoba mengambil Minha."
"Kau ini kenapa sih? Kau suka padanya?"
Taehyung mengangkat bahu, "Hyung, tadinya aku hanya ingin membuat dia merasakan apa yang aku rasakan ketika kehilangan Jennie. Tapi..."
Hoseok menatap Taehyung, penasaran, menunggu lanjutan ucapannya. "Tapi ada sesuatu yang membuatku kesakitan lebih dari saat Jennie meninggalkanku. Saat itu, aku merasa seperti marah, tercekik, sesak, dan merasa bodoh saat melihat dia didekapan Namjoon tanpa aku yang bisa melakukan apa-apa, hyung. Mari kita sebut itu obsesi, tapi saat aku menjalankan kencan dengannya—walau dengan imbalan besar—kau tahu hyung? Dalam hati ini, aku merasa seperti puas, lebih puas dari saat aku melihat orangtua brengsek yang membuangku mati secara mengenaskan. Aku merasa pulang kerumah, hyung."
"Taehyung, kau benar-benar gila. Kau sudah jatuh cinta dengannya," kata Hoseok. "Aku benar soal Jennie, kan? Kau menyukai dia karena dia menyelamatkanmu waktu itu. Kau menganggap rasa terimakasihmu itu cinta, padahal bukan. Dan sekarang, kau merasakan cinta yang asli," ujar Hoseok.
"Dulu aku tidak percaya, tapi kelihatannya benar." Taehyung menghela nafas. "Dulu aku memaafkan Jennie atas perselingkuhannya karena mengira akulah yang salah telah mengabaikannya. Tapi untuk Minha, demi Tuhan, bahkan aku tanpa sadar melakukan hal yang membuat Lucas sibuk dan jauh darinya."
Hoseok menepuk bahu Taehyung, memaklumi. "Kau tahu aku selalu berada diposisi abstain. Jadi, apapun yang mau kau lakukan, aku tidak akan membantumu. Tidak Namjoon juga."
"Itu lebih baik, Hoseok hyung."
"Tapi kau tahu benar Seokjin hyung selalu dipihak Namjoon. Yoongi hyung juga suka sama dia."
"Dan, Jungkook dipihak Minha, dan Juga Jimin, yang aku yakin juga suka sama dia."
Hoseok mengasak rambutnya sendiri, pusing. "Siapa sih Choi Minha ini? Dia mampu membuat bulletproof terpecah belah seperti ini," kata Hoseok, dengan pikiran yang super duper bingung.
Taehyung mematung, diam-diam memikirkan hal ini juga. Kenapa bisa gadis seperti Choi Minha membuat perpecahan diantara mereka?
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexiest Mafia [NC18+]✔
Fiksi PenggemarMature content⚠️ "Minha itu sangat kuat dan mendominasi, setidaknya sampai dia dihadapkan pada Kim Taehyung." Mustahil bagi gadis sempurna seperti Choi Minha untuk punya satu pria. Tapi ketika dia dihadapkan pada pilihan untuk menikahi salah satuny...