;
Minha membuka matanya, perlahan. Simar mentari menusuk ke matanya hingga membuat gadis itu sedikit mengernyit.
Sinar itu berasal dari jendela fullbody yang berasal dari arah kanan ruangan megah itu. Yah, dan Minha tahu jika dia sedang berada dikamar seseorang. Yang jelas ini—bukan kamarnya.
Minha mencoba bangun, namun sedikit meringis karena dia baru sadar jika kakinya terluka. Pasti karena dia berlari kencang tanpa alas kaki, semalaman... Lalu dia pingsan ditengah jalan karena kedinginan.
Daerah hutan, angin malam, dan juga hujan itu sukses membuatnya terkapar. Sejak kecil dia masih saja tidak tahan dingin. Sialan. Bahkan dia juga masih merasakan hangat dilehernya. Masa bodoh, siapapun yang menyelamatkannya, terimakasih untuk bantuannya. Tapi untuk sekarang dia harus pergi, jadi gadis itu buru-buru menuruni ranjang besar itu, dan membuka jendela fullbody dikamar itu.
Tapi sialnya, dia malah mendapati sesosok pria muda dengan setelan trainingnya sedang bermain golf. Sial... Kamar ini terhubung dengan lapangan golf, ternyata.
Pria itu sadar jika Minha ada disana, jadi dia membalikkan wajahnya kearah Minha yang cuma mendumel karena dia baru sadar siapa yang menolongnya.
"Sudah bangun?"
"Antar aku pulang."
Pria itu mengedikkan bahu, "Sepagi ini? Makan dulu, atau apa dulu, kau ini tidak tahu terimakasih, ya?"
Minha menghembuskan nafas kasar. "Terimakasih."
"Tidak ikhlas."
"Yasudah, lalu kau mau apa?" Minha mengangkat dagunya saat pria itu mendekatinya dengan tongkat golf ditangannya.
"Aku sudah dengar kabarnya. Keluargamu runtuh."
Mendengar ucapan itu, telinga Minha serasa panas. Dia kesal sekali, "Bukan urusanmu!"
"Beraninya kau meninggikan suaramu?" tatapan pria itu menggelap. "Sekarang kau tidak punya apa-apa. Memangnya kau masih bisa melawanku lagi?"
"Aku bisa menghancurkanmu kapan saja."
"Oh ya, silahkan coba?"
Duagh
Minha benar-benar melakukannya, dia memukul pria itu. Meskipun dia masih sakit, tapi pukulan seorang Choi Minha tidak pernah main-main.
Tapi, dia lupa jika bahunya baru saja ditembak tadi malam. Jadi, gadis itu hanya bisa meringkuk ditanah, memegangi luka tembaknya yang ditutupi itu basah kembali oleh darah.
"Agh—"
"Kau memang selalu sok jago." dia berdiri, sembari memegangi perutnya yang perih. "Kau perlu ingat jika Lucas itu sudah mati. Yuta juga sudah mati, dan bahkan Taeyong tidak pasti keberadaannya sejak perusahaanmu diakuisisi paksa oleh Kim Taehyung."
Ah sial, jadi keadaan Minha semenyedihkan itu.
"Kau mau minta tolong pada siapa?" pria itu menarik pinggang Minha mendekat ketubuhnya.
"Ja-jackson, brengsek," lirihnya, saat Jacksok mulai mendekatkan wajahnya.
"Dulu ayahmu mendepakku dari Korea karena mendekatimu. Sekarang tua bangka itu tidak bisa apa-apa lagi. Lalu kau mau apa?"
Inilah yang Minha takutkan sejak ayahnya memberitahukan jika 'dia' yang akan datang itu adalah Jackson. Karena Jackson sangat terobsesi padanya. Garis bawahi. Terobsesi. Seperti Kim Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexiest Mafia [NC18+]✔
FanfictionMature content⚠️ "Minha itu sangat kuat dan mendominasi, setidaknya sampai dia dihadapkan pada Kim Taehyung." Mustahil bagi gadis sempurna seperti Choi Minha untuk punya satu pria. Tapi ketika dia dihadapkan pada pilihan untuk menikahi salah satuny...