30. Longer Deal

794 120 3
                                    

.

.

.

.

Minha tersenyum puas saat pria dengan setelan jas mahal dan senyum kotak penuh percaya diri itu membawa gadis itu ke sebuah tempat dimana bingkai raksasa itu ditempah. Dan kalian tahu? Bahan-bahannya benar-benar full gold.

Minha sedikit kecewa sih, karena Taehyung tetap pada pendiriannya tidak akan memberikan berlian disepanjang bingkai itu-kecuali jika mereka tidur bersama-dan Minha menolaknya mentah-mentah, tentu saja.

Jika kalian tanya alasannya sih, simple saja. Saat Minha memerhatikan tali pinggang pria itu, dia mendengus malas melihat tali pinggang mahal dengan model rumit itu. Ow, jangan serahkan pekerjaan itu kepadanya, malas tahu. Repot.

Lagipula, kenapa juga Taehyung suka memakai tali pinggang seperti itu, sih?! Padahal, daripada tali pinggang, jasnya yang mainstream itulah yang perlu diubah. Karena, dia selalu memakai model jas yang sama! Jas kebesaran tidak dikancing, dengan lapisan kemeja putih. Malah terkadang dia tidak pakai dasi! Tetap tampan sih, tapi bagi Minha dia lebih terlihat seperti pengantin pria yang melarikan diri dari pernikahan.

Jujur saja, Minha lebih suka cara berpakaian Jung Hoseok-pria yang hampir dia tewaskan di kapal Kim Taehyung. Bayangkan, dia baru bertemu 3 kali dengan pria itu yang sedang berpakaian dengan formal. Yang pertama di pesta penyambutan nya yang di Korea, lalu dipesta penobatan Jungkookie itu, lalu yang ketiga, saat mereka pamit pulang dengan jungkook untuk kembali ke Korea. Dan dia selalu memakai model jas yang berbeda disetiap pertemuan, dan, hell-dia luar biasa tampan dengan jasnya karena dia tahu betul dia mempunyai bentuk tubuh yang bagus.

"Ternyata rumor kalau kau itu kaya seperti orang gila itu benar, Taehyung. Kau memberikan aku ini hanya untuk satu kencan bodoh itu. Aku kagum."

"Satu kencan bodoh katamu? Bagiku, itu satu kencan yang sangat berharga."

Minha mendelik. "Kau kira aku akan terbuai dengan mulut manismu itu?"

"Kalau kau tidak percaya, ya terserahmu. Kau kan bukan aku, yang selalu saja dimaki, dicaci, dimusuhi setiap bertemu dengan gadis pujaanku. Semalam itu, untuk pertama kalinya suaramu tidak pernah naik sampai 3 oktaf bahkan saat aku menggodamu. Kau juga tidak mengucapkan makian, tidak menepis tanganku, dan mengancamku juga. Sialan, pertama kalinya kau begitu padaku."

"Apaan sih? Semalam itu kita sedang bersama ahjumma saja. Dia akan menasihatiku habis-habisan jika aku mencaci makimu didepannya, tahu? Jangan besar kepala."

"Aku tahu. Dan yang paling penting adalah, kau membuatku menemukan tempat hangat seperti ditoko kecil ahjumma itu. Entahlah, walau makannya tidak seenak makanan koki dirumahku-tapi rasanya lebih hangat. Nyaman. Seperti-bagaimana bilangnya ya?"

"Seperti pulang kerumah, kan?"

"Ah, benar. Seperti itu."

"Syukurlah kau merasa seperti itu. Lucas saja jika kubawa kesana tidak pernah sesantai kau. Ahjumma jadi sulit mendekati dia."

"Kau tahu? Terimakasih sudah membawaku kesana. Untuk pertama kalinya aku merasa seperti dirumah. Padahal tempat itu bukan rumahku."

"Kata ahjumma-" Minha menjeda kalimatnya. "Bahkan keluargamu belum tentu bisa membuatmu seperti dirumah. Yang membuatmu seperti berada dirumah itu adalah perasaannya. Ahjumma itu sayang sekali kepadaku dulu. Dia selalu memasakkan makanan gratis kepadaku karena aku sering menangis saat melewati kedainya. Waktu aku SMP, yah, agak malu sih mengakuinya, tapi memang aku cengeng saat itu. Jadi, kalau ada anak laki-laki yang suka padaku, dan menggangguku, aku langsung menangis."

Sexiest Mafia [NC18+]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang