Hampir Hilang

2.5K 430 196
                                    

Trigger Warning!

⚠️

Chapter ini lebih sensitif dibandingkan chapter sebelumnya.

Mohon untuk membaca di saat kondisi baik-baik saja.

Mohon untuk membaca di saat kondisi baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Naura tidak bisa bertahan lagi di neraka yang hanya membuat keadaannya makin buruk. Dia harus mau bertindak lebih tegas, jadi dengan berani Naura masuk ke ruangan Marcel setelah memasuki jam pulang dengan surat pengunduran diri yang kedua. Marcel baru saja mengenakan jaketnya ketika Naura masuk ke ruangannya.

Begitu melihat Marcel, nyali yang sudah dikumpulkan Naura sejak dari rumah hampir ciut karena kembali teringat kejadian tempo lalu yang merenggut kebahagiaannya. Namun, Naura tidak boleh goyah. Dia harus menguatkan pertahanan dengan serpihan hatinya yang nyaris tidak bisa kembali utuh.

"Kenapa, Ra? Mau pulang bareng?" tanya Marcel yang tersenyum hingga membuat Naura muak melihatnya.

"Saya mau mengundurkan diri." Naura bicara tanpa basa-basi, melapalkan niatnya untuk bebas dari neraka yang membuatnya tidak bahagia.

"Ngundurin diri?" Marcel meremehkan. "Aku udah kasih kamu waktu sampai peluncuran buku, Naura. Apa itu masih nggak cukup?"

"Saya harus keluar secepat mungkin, Pak."

"Apa alasannya?"

"Pelecehan seksual."

Marcel menaikkan sebelah alisnya, tertarik dengan jawaban Naura. "Pelecehan? Alasan yang terlalu dangkal."

Naura hampir goyah mendengar jawaban Marcel ketika meremehkan situasinya yang sudah kacau. Pria itu tidak memiliki simpati sama sekali dan menganggap alasan yang diberikan Naura sepele dan tidak patut diperhitungkan. Padahal jelas-jelas Marcel yang sudah melakukannya, di tempat yang masih sering Naura pijaki, serta kejadian yang masih menghantui Naura.

"Aku udah kasih kamu waktu sampai peluncuran buku, Naura. Jadi, ada baiknya kamu sabar sampai peluncuran buku itu."

"Saya nggak bisa, Pak. Saya—"

"Dengan jaminan aku nggak akan ganggu kamu, apalagi macam-macam. Aku jamin."

Jaminan itu tidak membuat Naura gembira, karena dia tahu itu hanya akan mengurungnya makin lama di dalam neraka yang menyiksanya. Melihat Marcel sekarang saja sudah membuat Naura ketakutan, ingatan buruk makin membekas saat Marcel ada di dekatnya seperti sekarang, dan pria itu masih bersikukuh untuk menahan Naura seolah tidak ada apa-apa? Marcel tidak hanya menjadi orang paling buruk, tetapi juga hina.

"Aku bakal lapor polisi soal tindakan kamu." Kali ini Naura bicara dengan suara yang sedikit tertahan, pertanda dia makin ketakutan.

Alih-alih merasa terancam, Marcel justru tertawa dan menyeringai. "Kamu yakin polisi bakal percaya? Kamu nggak ada bukti apa-apa, Naura. Omongan belaka nggak bikin penyidik percaya sama kamu."

UnhiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang