Empat Bulan

5.9K 709 137
                                    

Hey, sider
Boleh muncul? ^^
Hehe 💚

"Masih pusing?" tanya Taeyong pelan karena tidak ingin suaranya mengganggu Naura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masih pusing?" tanya Taeyong pelan karena tidak ingin suaranya mengganggu Naura.

Naura mengangguk dengan mata yang tertutup. Ia tak sanggup untuk membukanya dan hanya bisa berbaring seharian. Ya, Naura sakit. Sejak kemarin ia demam dan mengeluh pusing yang tidak kunjung sembuh.

Taeyong yang tidak berpindah posisi dan terus berada di samping Naura, berusaha semampunya untuk menjaga istrinya. Naura tidak rewel saat sakit. Justru Naura diam tak banyak bicara. Tetapi itu jadi membuat Taeyong sedikit khawatir karena Naura tak mengatakan apa-apa. Jadi Taeyong tak tahu apa yang Naura inginkan.

"Kamu butuh sesuatu?" tanya Taeyong yang khawatir jika Naura membutuhkan sesuatu, tetapi tak bisa menyampaikannya.

Naura menggeleng. Membuka mata saja rasanya susah. Ia hanya menarik selimut di tubuhnya dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Taeyong pun mengerti dan memeluk Naura agar istrinya merasa lebih nyaman.

Seorang istri yang hamil dan tengah sakit rasanya jauh lebih sedih. Efeknya tidak dirasakan oleh Naura saja, tetapi juga pada janin yang ada di rahimnya. Taeyong mengelus perut Naura yang mulai lebih besar.

Usia kehamilannya sudah empat bulan dan saat kontrol kemarin, Naura dikonfirmasi mengandung anak kembar. Untuk jenis kelaminnya belum bisa terlihat, jadi dokter akan melakukannya lagi saat kontrol berikutnya.

Kalau mengandung anak kembar seperti Naura, datang ke dokter harus lebih sering dilakukan. Apalagi ketika Naura sakit seperti sekarang, dokter memberi tahu untuk membawanya saat sudah sembuh nanti.

"Jangan nangis, Aya. Ada yang sakit?" Taeyong sedikit terkejut ketika Naura tiba-tiba menangis.

"Cuma ... pusing," lirih Naura seraya menyeka air matanya.

Entah kenapa, Naura lebih melankolis setelah ia menikah. Ditambah setelah dia hamil. Sedikit saja terjadi sesuatu padanya, Naura akan menangis. Sama seperti sekarang. Ia menangis bukan karena sakitnya, tetapi memikirkan kondisi janinnya juga.

Jika Naura tidak sehat, ia takut kondisi janinnya pun ikut tidak sehat. Taeyong begitu peka apa yang sedang dipikirkan oleh Naura. Ia pun berusaha menenangkan Naura yang belum berhenti menangis.

"Udah, nggak apa-apa. Mereka pasti baik-baik aja," ujar Taeyong seraya mengelus perut Naura. "Jangan nangis lagi, oke?"

Naura hanya bisa mengangguk sambil terus menyeka air matanya. Taeyong membantu menyeka air mata Naura yang tidak kunjung berhenti mengalir dari pelupuknya. Taeyong juga mengelus dahi Naura dan memijat pelipisnya pelan agar pusing di kepalanya berkurang.

"Nanti juga sehat lagi, Aya. Tenang aja, aku temenin kamu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UnhiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang