Prolog

2.8K 170 2
                                    

Paris, 2013

Egi berjalan menyusuri setiap sudut kota yang disuguhkan di depannya. Indah. Tidak bisa lagi Egi berucap saking indahnya. Ini adalah pertama kalinya Egi pergi keluar negeri. Memenangkan giveaway ke Paris ternyata tidak buruk. Egi pun tidak menyangka akan menjadi bagian dari pemenang dan dia juga tidak menyangka benar-benar ke Paris.

Siapa juga yang akan menolak hadiah liburan ke luar negeri? Mungkin karena sesuatu mendesak saja yang menyebabkan orang menolak dan sisanya tidak.

Fly me to the moon
Let me play among the stars
Let me see what spring is like on
A-Jupiter and Mars

Egi terhenti sebentar mendengar intro sebuah lagu. Ia tersenyum kecil karena mengenali lagu ini. Ia lalu melanjutkan jalannya mengikuti sang teman.

In other words, hold my hand
In other words, baby, kiss me

Egi dapat melihat orang-orang mulai mengerumuni sang penyanyi. Jarak mereka sangat jauh sehingga Egi tidak dapat melihat dengan jelas wajah penyanyi itu. Namun ia yakin pasti penyanyi itu tampan.

Fill my heart with song and let me sing for ever more
You are all I long for
All I worship and adore

Merdunya suara penyayi jalanan membuat langkah Egi terhenti —untuk kesekian kalinya. Memaksanya melihat gerombolan manusia yang mendengarkan suara indah itu. Semua mata memandang ke arah yang sama. Penuh dengan kekaguman.

Hawa dingin musim dingin malah menambah syahdu suara yang menyanyikan lagu favorit milik Egi ini. Ini adalah lagu favorit Regina Silvian Putri. Fly Me To The Moon oleh Frank Sinatra.

"Kenapa, kak?" Tanya temannya heran karena Egi tiba-tiba berhenti.

"Bagus."

"Yang lagi nyanyi?"

"Iya."

"Mau coba lihat?" Tawar temannya.

Egi menatap temannya itu, "Boleh."

Temannya itu langsung menarik Egi untuk masuk ke dalam gerombolan massa penonton. Oh Egi benci ini tapi ia penasaran dan harus melihatnya.

In other words, please be true
In other words, I love you

Egi dengan susah payah berusaha mencapai barisan terdepan di antara lautan manusia yang terpesona akan suara indah sang penyanyi jalanan. Egi terlalu ringkih sehingga tubuhnya bahkan tidak bisa mencapai ke depan. Ia beberapa kali berjinjit untuk melihat namun kalah dengan tingginya sosok-sosok di depannya. Para turis asing dan lokal benar-benar seperti raksasa bagi Egi yang tidak seberapa tinggi.

Teman Egi tadi sudah hilang entah kemana. Mungkin sudah mencapai depan atau sudah melihat dari jarak yang sama dengan Egi karena tubuhnya jauh lebih tinggi.

Fill my heart with song
Let me sing for ever more
You are all I long for, all I worship and adore

In other words, please be true
In other words
In other words

I love you~~~

Lagu itu berakhir dengan indah dengan riuh tepuk tangan sekumpulan manusia. Terdengar suara si penyanyi yang mengucapkan terima kasih dalam bahasa Inggris. Mungkin ia juga turis asing seperti Egi. Setelah itu suara riuh kembali terdengar.

"He's propose! Lucky girl!" Suara keras dari orang lain memberikan informasi bagi Egi.

Perlahan Egi kembali mencoba peruntungan untuk mencapai barisan terdepan dan ingin melihat semuanya. Kali ini dengan susah payah ia berhasil walau pun lagu yang dinyanyikan tadi sudah berakhir.

Ia melihat sesosok lelaki yang berlutut di hadapan seorang wanita. Senyuman mengambang di wajah keduanya, yang sebenarnya semua orang di sana tersenyum. Ada sebuah kotak kecil di tangan laki-laki itu yang Egi yakin berisikan cincin dengan tahta yang indah.

"Cincin." Bisik Egi mengutarakan pikirannya.

"Hey girl, I know this is very cringe and you don't even like it. But I know you like my voice especially when I'm singing for you. The song dedicated for you. For the one I love, for the one I adore so much, for the one who gave me a miracle in my life..."

Egi terpaku mendengar ucapan lelaki itu. Ia hanya bisa menatap sang lelaki dari samping, bahkan sangat terbatas jarak pandangnya. Ia merekam keindahan ciptaan Tuhan berbentuk manusia itu melalui matanya.

"...I can't describe you with words. You just you. So... would you be my wife, girl? Oh no... I mean Mrs..."

Setelah mendengar ucapan sang lelaki, semua orang di sana langsung bertepuk tangan riuh. Lalu menunggu jawaban sang wanita.

"I would!" Jawab sang wanita lantang lantas membuat tepuk tangan kembali riuh.

Cincin itu telah tersemat di jari manis sang wanita. Pelukan penuh kebahagiaan mereka pertontonkan seakan tidak ada siapapun selain mereka. Dunia seakan milik mereka. Ucapan kekaguman terus terlontar dari bibir orang-orang, ada yang iri dan ada yang turut bahagia, ada pula sebagian yang hanya menatap sinis.

Egi masih saja tepaku di tempatnya. Menatap punggung sang lelaki yang kini ada di hadapannya. Ia hanya dapat melihat dengan jelas wanita beruntung itu. Sangat cantik dan bahkan terekam dengan jelas di otak Egi.

Salahkah jika Egi jatuh cinta pada pandangan pertama pada stranger yang ia temui di negara orang?

Ah bisa saja itu nafsu belaka, atau hanya bentuk kekaguman Egi.

"Kak Egi!" Suara temannya menyadarkan.

Egi menoleh mencari suara yang memanggilnya tadi.

"Julie! Lo kemana aja sih? Gue nyariin." Omel Egi.

"Lo kali ilang. Tahunya nontonin orang lamaran."

Egi hanya tertawa kaku.

"Lo kan yang ngajak gue nonton dia nyanyi. Ya mana gue tahu ternyata dia lamaran."

"Katanya orang Indonesia loh. Gak tahu deh siapa." Lanjut Egi.

Massa sudah bubar begitu pun Egi dan Julie. Mereka tidak lagi mencari tahu siapa sosok dibalik lamaran itu.

Semoga kita bertemu lagi... stranger. Batin Egi.

~Let's Begin The Story~

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang