31. Titik Terang

616 80 17
                                    

Egi segera mencuci piring bekas sarapannya. Liana sama sekali tidak berkomentar ketika tahu anaknya baru pulang paginya. Egi pun tidak sama sekali membahas apapun. Suasana memang agak canggung kala itu.

Sebenarnya Egi penasaran apa saja yang dilakukan maminya Brian dan Clary saat ke rumah. Ia juga lebih senang mendapat respon dari ibunya dibanding diam-diaman seperti ini. Membuat perasaan Egi jadi tidak enak. Takut tidak direstui.

"Gi..." Ujar Liana.

Mendengar suara Liana saja sudah membuat bulu kuduk Egi merinding. Dalam hati Egi berdoa semoga ini pertanda baik.

"Duduk sini. Ibu mau ngomong." Perintah Liana.

Egi berjalan perlahan ke hadapan ibunya. Bahkan untuk meneguk salivanya sendiri saja rasanya sulit.

"Jadi gini ya... mainnya serangan dadakan." Ujar Liana sambil menyipitkan matanya.

Egi yang mengerti langsung menyengir lebar, "Hehehe." Kekeh Egi.

"Habis ibu susah diluluhin. Kan biar tahu gimana maminya Brian sama anaknya." Jelas Egi.

"Tapi gak gitu juga Regina. Ih bilangnya kencan sama Brian, tahu-tahu mami sama anaknya dateng ke rumah. Ibu sampai kaget."

"Tapi seru kan? Gimana Clary menurut ibu?" Tanya Egi.

Liana berdeham, sedikit tidak mau mengakui bahwa Clary memang menggemaskan. "Ya kayak anak-anak biasanyalah Gi."

Egi tersenyum, "Bohooong. Ibu pasti suka kan sama Clary? Egi aja langsung jatuh cinta sama Clary biarpun awal ketemu dia pas lagi tantrum."

"Ya kan udah ibu bilang kayak anak-anak biasanya. Emang mau kayak mana lagi."

"Iiih ibu ngeles mulu." Egi dibuat terbahak dengan tingkah ibunya.

Liana berdeham lagi, "Evan minggu ini mau ke sini."

Egi menyerngit, "Ngapain bu? Gak kita aja yang ke sana?"

"Hilih kita aja yang ke sana gimana kalau kamunya sibuk terus? Ditambah ada pacar. Dih pasti milih pacaran dibanding jengukim adiknya." Cibir Liana.

"Ibu iih. Kalau emang mau pulang Egi ikut kok. Kemaren kan emang lagi sibuk-sibuknya."

"Udah gak usah. Biar Evan aja yang ke sini."

"Lagian nanti malam minggu maminya Brian ngajak makan malam." Ucap Liana sambil berdiri menuju tempat cuci piring.

"Hah?" Egi melongo mencoba memastikan pendengarannya.

"Hah hih hah. Ibu ngomong tuh didengerin." Kesal Liana.

Senyuman Egi kembali terukir. Egi segera memeluki Liana. "Ibu makasiiiih! Egi sayang ibu pokoknya!"

"Gini aja sayang sama ibu." Cibir Liana lagi.

Egi tidak peduli dan tetap memeluk dan menciumi Liana. Hal ini membuat keduanya tertawa.

Ternyata semudah ini meluluhkan hati ibunya.

...

"Wih ada yang seneng banget nih." Kata Hera begitu melihat Egi datang dengan sumringahan.

"Senyumannya lebar banget loh. Pasti ada apa-apanya nih." Kata Hera lagi.

Egi hanya menanggapinya dengan tertawa. Hera mendekati Egi lalu berbisik sesuatu yang berhasil membuat Egi terbelalak kaget.

"Udah direstuin ibu lo ya?"

"Kok lo tahu sih Ra?" Egi bertanya dengan kaget.

Suara Egi berhasil membuat teman-temannya yang lain menoleh. Egi hanya menyengir dan mengatakan maaf karena sudah membuat keributan pagi-pagi.

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang