12. Keberanian Brian

725 102 7
                                    

Brian dan Egi memilih tempat yang agak sepi untuk saling berbicara. Acara reuni mereka itu setengah di dalam gedung setengah di luar. Jadi indoor dan outdoor party. Mereka memilih outdoor karena lebih sepi.

Ternyata tidak buruk juga untuk bertemu Brian lagi walaupun Egi pikir ia akan sangat merasa canggung gara-gara pembahasannya dan Wina waktu itu. Mereka bahkan sudah duduk di sana hampir 30 menit sambil berbicara ngalor ngidul.

"Kok gak bawa Clary? Bukannya boleh bawa keluarga." Tanya Egi sambil memakan santapan yang ia ambil tadi.

"Ribet bawa dia. Lagian ini kan bisa sampai tengah malam, kasihan Clarynya."

"Bener juga sih. Harusnya reuninya pagi-pagi aja ya biar bisa bawa keluarga."

"Nah itu. Padahal aku mau pamerin betapa cantiknya Clary." Brian terkekeh.

"Iya deh." Egi sudah mulai terbiasa dengan kepercayaan diri seorang Brian Melviano Pradipa ini.

"Kamu sendiri baru sekali ini datang reuni, Gi?"

Egi mengangguk, "Kan aku gak lulus di sini jadi aku pikir ngapain ikut. Tahun ini aja Julie ngebet banget katanya karena EnamHari manggung lagi."

"Jadi bener dia fans berat kami?"

"Bener sih kayaknya. Soalnya dia hapal banget tadi. Aku aja kaget denger dia nyanyi seantusias itu." Brian mengangguk.

"Sibuk banget ya Gi akhir-akhir ini?" Tanya Brian.

"Hehe ya gitu deh, Bri."

"Clary nyariin kamu terus soalnya."

"Nanti aku mampir pas senggang deh."

Mereka terdiam lalu memilih menikmati kudapan masing-masing. Hembusan angin sedikit membuat Egi bergedik kedinginan. Brian entah mengerti atau otak mereka memikirkan hal yang sama karena Brian melepaskan jasnya dan menyampirkannya pada bahu Egi.

"Masuk angin nanti kamu. Lagian malem-malem bajunya gitu." Kata Brian.

Egi tersenyum kecil dan memilih mengembalikan ekspresinya senormal mungkin, "Aku udah milih yang paling sederhana tahu. Masih mending aku dibanding Julie." Jawab Egi.

"Iya Regina tapi kamu kan bisa pilih yang lengan panjang. Gak dingin apa?"

"Ya dingin sih." Jujur Egi dan menyengir.

Brian terbahak mendengarnya. Wajah Egi juga seketika kembali memerah karena tertawaan Brian.

"Jangan lucu-lucu dong, Gi." Kata Brian.

"Lucu sama dengan imut. Gue imut banget, ya?"

"Pede banget." Egi merengut mendengar jawaban Brian.

Lagi-lagi Brian tertawa.

...

Brian dan Egi sudah kembali mengambil kudapan kedua mereka. Jika Egi memilih kue, maka Brian tetap mengambil makanan berat. Egi terkagum dengan kekuatan perut Brian dalam hal makan memakan.

"Gak kenyang apa, Bri?" Tanya Egi.

"Belum." Jawab Brian dengan mulut penuh.

Egi tertawa, "Kunyah dulu Bri baru ngomong." Brian hanya menyengir.

Egi membantu Brian mengelap sudut bibirnya yang agak belepotan dengan jarinya. Egi terhenti karena menyadari apa yang sudah ia lakukan. Tangannya hendak ia turunkan ketika Brian menghentikannya. Kejadian itu membuat jarak antara mereka malah menjadi menyempit.

Brian dapat melihat Egi beberapa kali mengedipkan matanya. Napasnya juga sedikit terdengar berat atau bahkan menahan napas. Wajah Egi juga jadi memerah. Bagi Brian itu sangat menarik. Brian sudah tidak tahu sejak kapan ia jadi seberani ini terhadap Egi.

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang