"Emang tempat terbaik untuk berjemur itu ya di rumah lo kak." Julie merentangkan tangannya menikmati hamparan sinar matahari yang mengenai kulit mulusnya.
Halaman rumah luas milik Egi yang asri menciptakan suasana nyaman tersendiri di Kota Jakarta yang biasanya penuh dengan polusi dan debu. Rumah itu dapat menciptakan suasana berasa di kampung halaman dengan pohon besar yang menyejukkan dan berbagai macam tanaman yang dipelihara oleh Ibu Liana –Ibu Egi.
Pagi ini Julie memang datang membawa berbagai buah-buahan beserta bumbu rujak. Entah setan apa yang membuat Julie mau repot-repot bangun pagi hanya demi ke rumah Egi dengan alasan berjemur dan merujak.
"Kesambet apa lo sampai rela bangun pagi dan ke rumah gue? Padahal biasanya juga berjemur di balkon apart aja ogah-ogahan." Egi menaruh dua gelas teh hangat.
"Wah pas banget nih pakai teh hangat pagi-pagi gini. Berasa pulang ke Bali." Julie sangat antusias menyambut tehnya.
Julie melanjutkan ucapannya setelah minum seteguk, "Itu karena gue sibuk mampus dan baru bisa tidur subuh. Wajar dong gue utamain tidur. Sekarang kan gue lagi nganggur." Julie menyengir.
Egi menggeleng.
"Lo sendiri gimana kerjaan kak?"
"Lancar kok. Seminggu ini sih lagi gak ada kerjaan berat. Gak sampai lembur gitu."
"Ada ketemu sama Kak Brian dan anak lo lagi gak?" Tanya Julie sambil tersenyum, sengaja menggoda Egi.
"Sumpah muka lo nyebelin. Dan Clary bukan anak gue ya. Anaknya Brian."
"Ya sama aja kan dia manggilin lo mama. Awww udah berasa jadi mamanya Clary kan?" Masih saja Julie menggoda Egi.
"Lo kalau nyebelin mending pulang deh." Kata Egi mengancam.
"Ya ampun galak bener."
"Lo dateng ke sini kalau cuma buat ngecengin gue mending pulang."
Liana tiba-tiba keluar dari rumah. "Egi kok Julienya malah diusir-usir? Gak boleh loh begitu sama tamu apalagi temen sendiri. Gak sopan." Liana membawa tempe goreng untuk pengganti sarapan pagi itu.
"Iya tuh tan masa Kak Egi begitu sama Julie. Padahal Julie kan mau jalan-jalan ke sini. Udah lama gak ketemu tante juga." Adu Julie.
"Hmmm ngadu aja terus." Ucap Egi.
Liana tertawa mendengar dua wanita di depannya ini. Julie sendiri sudah Liana anggap sebagai anaknya. Liana sangat mengerti bagaimana perasaan perantau seperti Julie, sendiri tanpa keluarga di kota orang pasti berat walau sudah terhitung sangat lama juga Julie merantau jauh.
Liana meletakkan tempe itu di atas meja, "Waaah kesukaan Julie nih tante." Girang Julie.
"Gak papa makan berminyak gini?" Tanya Egi.
"Santai kak. Cuma sekali mah oke. Kecuali gue kerajingan sampai berkali-kali baru gak boleh." Julie mengerlingkan matanya dan mengambil satu potong tempe.
Pekerjaan Julie sebagai model memang menuntutnya untuk menjaga tubuh dan berat badan. Naik sedikit saja sudah menjadi masalah. Kadang Egi sampai kasihan karena Julie yang tidak bisa menikmati makannya dengan baik. Ia juga kadang terlihat terlalu kurus di saat banyak pemotretan.
"Gimana? Enak gak Jul?" Liana bergabung dengan keduanya.
"Enak banget tante. Rasanya gak pernah berubah. Tante keren banget sih."
"Iya dong kan resep rahasia keluarga ini. Egi juga udah belajar biar nanti bisa diwariskan ke anak cucu." Jawab Liana.
Jawaban Liana membuat Julie menoleh pada Egi sambil mengerling nakal. Membuat Egi kesal melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana | ✔️
General FictionRenjana /rênjana/ (n) rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih) #1 - dayvelvet (28-07-2021) #17 - egian (28-07-2021) #25 - seulbri (28-07-2021) Cover by PUTRI_GRAPHIC