Brian dan Egi benar-benar menikmati bulan madu mereka. Pulang-pulang Egi langsung jatuh sakit karena kelelahan. Kalau kata Davin sih kelelahan bertarung di ranjang. Tidak salah namun tidak sepenuhnya juga benar.
"Lo berdua sih mesum banget. Pasti main terus, kan. Mentang-mentang bulan madu. Mana lama banget. Anak lo udah rewel, ya." Tuduh Davin.
"Mulut lo, ya! Bini gue sakit tahu! Minggir." Ujar Brian mendorong bahu Davin dengan sengaja dan itu sangat kekanak-kanakan.
"Ck." Decih Davin.
Brian menuju kamarnya untuk menyusul Egi. Tadi Egi sempat bilang ingin makan sate ayam di depan komplek, jadilah Brian membelinya. Makanya ia sempat berpapasan dengan Davin. Kalau tidak juga ia pasti sekarang ada di kamar menemani Egi yang sakit dan manjanya minta ampun.
Beberapa hari Egi merasa badannya meriang. Ia juga jadi kurang nafsu makan sampai-sampai Brian harus menyuapinya. Clary sampai menggelengkan kepala melihat manjanya sang Mama. Padahal seharusnya dia yang manja, sayangnya ia seperti tidak diberikan kesempatan untuk bermanja ria.
"Clary, ke kamar ya, Pa, Ma. Mau main sama Om Davin." Pamit Clary.
"Iya, Sayang." Egi mencium Clary sedangkan Brian menganggukkan kepala.
"Nih." Egi menggeleng ketika Brian mencoba menyuapkan makanan lagi.
"Udah, Bri."
"Dikit lagi, yang. Ya?" Bujuk Brian.
Egi menggeleng, "Udah kenyang banget."
"Kamu baru tiga suap loh, Gi."
"Gak bisa lagi, Bri." Egi memelas.
"Kamu kalau gini terus nanti gak sembuh-sembuh loh. Parahnya masuk rumah sakit." Brian masih mencoba membujuk.
"Kamu apaan sih, Bri! Aku gak suka dipaksa-paksa." Kesal Egi.
Entah mengapa ia tiba-tiba merasa kesal mendengar ucapan dan paksaan Brian. Ia langsung berdiri dan meninggalkan Brian dengan penuh kebingungan. Ia hanya bisa menghembuskan napasnya lalu menghabiskan sisa makanan Egi. Sayang karena masih banyak dan ia ingin Egi agak tenang dulu sebelum mengajak berbaikan.
Sudah beberapa hari ini ia merasa Egi sering kesal dan terkadang suka cemburu karena hal sepele. Ia sudah mencoba bersabar-sabar dengan kelakuan Egi yang semakin hari semakin menjadi. Ia tidak ingin Clary melihat mereka bertengkar atau bagaimana.
"Sabar aja sih, Bang. Siapa tahu memang lagi PMS. Biasanya cewek mood mood-an karena itu, kan?" Kata Davin yang datang ke meja makan.
Sejak dua hari lalu Davin memang menginap di rumah Brian. Alasannya karena lebih dekat dengan kampus. Padahal ia sedang menutupi rasa sedih dan sepi karena baru putus. Lumayan, bermain dengan Clary bisa membuatnya lupa sejenak akan sedihnya. Yah hubungan Davin memang tidak bisa dipertahankan karena suatu alasan.
"Masalahnya dia lagi gak PMS. Kemaren gue udah tanya."
"Siapa tahu hari ini."
"Gue suaminya yang lebih tahu ya, Vin. Kalau PMS dia lebih seneng diam di kasur karena sakit perut sama mager. Ini loh bisa jalan-jalan. Terus stok pembalut juga aman."
"Ya kan siapa tahu."
"Ya itu udah gue kasih tahu."
"Hilih! Dibilangin juga. Bodo lah!" Kesal Davin.
Brian jadi semakin bingung kenapa orang-orang di rumahnya bawaannya kesal semua. Brian lalu memilih menyusul Egi ke kamar. Mereka harus segera berbaikan.
...
"Sayang maaf ya aku gak bisa makan siang di rumah." Ujar Brian merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana | ✔️
General FictionRenjana /rênjana/ (n) rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih) #1 - dayvelvet (28-07-2021) #17 - egian (28-07-2021) #25 - seulbri (28-07-2021) Cover by PUTRI_GRAPHIC