29. Behind The Propose

592 87 9
                                    

Sedih sih gak bisa update sesering dulu. Maafin ya soalnya aku sibuk KKN, PK, sama Proposal. Semua minta dikerjain barengan wkwk sampe rasanya mau pecah kepala ini.

Btw enjoy the story yaaa..... semoga bisa mengurangi sedikit rasa lelah krn pandemi ini. Stay safe and healthy teman teman.


——




Paris, 2013

Now Playing: Lauv – Paris In The Rain

Tahun ini menjadi tahun yang begitu indah bagi Brian sepertinya. Banyak hal yang sudah ia dan kekasihnya rencanakan. Liburan yang sudah dinanti-nantikan keduanya akhirnya terealisasikan.

Apa alasannya memilih Paris? Klise saja, romantis. Anggap saja keduanya pecinta roman picisan.

Brian sejak tadi tak pernah melepaskan genggamannya pada Netta. Jikalau terlepas maka hanya untuk sesuatu yang penting, seperti sekarang. Netta sedang melihat maps di tangannya. Matanya pun tidak pernah terlepas dari wajah cantik di hadapannya.

"Sayang ke sini kayaknya bagus deh. Banyak pengamen jalanan. Salah satu destinasi favorit turis juga. Kamu pasti suka deh. Kamu kan penggila musik." Jelas Netta.

Brian tetap menatap Netta tanpa berkedip. Masih tidak percaya bahwa ia bisa berada di sini bersama kekasih hatinya. Salah satu impiannya memang pergi ke Paris dengan orang terkasihi.

Arnetta Galenandia adalah dewi kampus. Pujaan para kaum adam bahkan sebagian kaum hawa. Selain kecantikannya, prestasinya juga berhasil membawa namanya dikenal banyak orang.

Orang-orang selalu menyebut Brian beruntung. Siapa yang tidak mau berpacaran dengan Netta? Namun sebagian berpendapat Netta pun beruntung bersama Brian. Tidak bisa diremehkan gen keluarga Brian pun prestasinya. Diusia yang masih muda ia sudah mengambil alih perusahaan multinasional keluarganya. Belum lagi sisi artistik yang dimilikinya.

Hampir seantero kampus mengenal Brian Melviano Pradipa. Selain desas-desus playboy, ia juga seorang bassis band lokal ternama. Selain itu anugerah wajah tampannya menjadi tambahan nilai plus.

"Sayang dengerin gak sih?" Rajuk Netta.

Lamunan Brian terhenti mendengar suara kekesalan Netta, "Hah? Aku denger kok. Denger." Ucap Brian cepat.

"Bohong." Netta menyipit.

"Serius sayang aku denger kok. Kamu mau ke sini kan? Ayo. Gantinya aku bakal nyanyi deh."

Mata Netta berbinar, "Serius?"

"Duarius." Sebenarnya Brian memang berniat menyumbangkan satu lagu bahkan sebelum Netta memilih tempat itu, ada sesuatu yang ingin ia lakukan nanti.

"Ya udah ayo." Netta menarik tangan Brian.

Dinginnya angin musim dingin tidak serta merta membuat mereka merasa dingin. Berada di samping satu sama lain memberikan kehangatan tersendiri.

"Kamu mau nyanyi apa?"

"Hmmm... apa ya?"

"Ih masa gak tahu? Nyanyi yang kamu hapal aja deh. Kamu kan suka lupa lirik, nanti malu sendiri lagi."

Mendengar itu membuat Brian tertawa, "Iya iya aku bakal nyanyi yang aku hapal kok."

Mereka terus berjalan melewati banyak turis-turis yang juga datang ke Paris. Ada banyak pasangan yang berlalu-lalang dan ada juga yang datang dengan keluarga. Berbagai suku, ras, warna kulit, dan bahasa ada di sana.

Rintik hujan berjatuhan membuat sebagian langsung berlarian dan sebagian memilih menikmati. Hujan di musim dingin. Brian dan Netta sepertinya termasuk orang yang berlarian segera. Mereka berdua berteduh di sebuah kafe seperti beberapa orang lainnya.

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang