Dengan bantuan Wafi dan Brian, administrasi Julie selesai. Ia juga akhirnya mendapatkan kamar. Satria dan Irena berpamitan pulang ketika Egi kembali lagi. Jae dan Wina juga pamit karena sudah malam. Wafi meminta Davin untuk mengantarkan adiknya pulang selagi ia membantu Egi di sini.
"Hati-hati di jalan ya, Kak Iren, Win, Yes." Ujar Egi.
Irena, Wina, dan Yesi mengangguk. "Titip Egi dan Julie ya, Bri, Fi." Ucap Wina.
"Siap!" Brian dan Wafi menjawab bersamaan.
Egi bersama Brian dan Wafi berjalan menuju kamar rawat Julie. Ketika sampai Egi diminta perawat untuk membantu Julie berganti pakaian sehingga para lelaki menunggu di luar kamar.
"Tunggu bentar ya gue bantu Julie ganti baju dulu."
"Sip." Jawab keduanya.
Egi membantu Julie mengganti pakaian, jika saja tidak memakai infus mungkin Julie bisa langsung menggantinya dengan mudah. Julie langsung menutupi wajahnya ketika gaunnya berganti dengan pakaian rumah sakit.
"Aaaaah!" Teriak Julie kecil.
"Kenapa sih, Jul? Sumpah ya ini mah lo udah sembuh. Keracunan dari mana?"
"Malu gue, Kak. Malu!" Julie berpura-pura menangis mengingat kejadian tadi, samar-samar ia ingat bagaimana kronologinya.
"Kenapa malu?" Heran Egi.
"Bayangin gue pingsan di hadapan kakak-kakak EnamHari terus digendong sama Kak Wafi." Julie semakin pura-pura menangis.
"Ya terus kenapa kalau mereka lihat lo pingsan? Bukannya lo seneng kalau digendong salah satu dari EnamHari?"
"Malu, Kak! Nanti kesan pertama mereka ke gue malah keinget pingsan." Julie merengut.
Egi tertawa, "Ya lagian lo sok kuat sih kalau kata Wina. Udah ditanyain kenapa tetep bilang gak papa. Kalau sakit bilang."
"Malu lah, Kak! Masa iya gue bilang sakit, kan gak banget. Bayangin gue di depan anak-anak EnamHari harusnya tampil fresh dan cantik eh malah pingsan gara-gara keracunan makanan pula."
Makinlah Egi tergelak, "Apa adanya aja kali kalau di depan mereka."
"Gak bisa! Coba Kakak lihat Kak Iren yang anggun banget terus lembut cantiknya luar biasa. Lalu Kak Wina yang cantik dan kelihatan cerdas banget. Bule banget lagi. Belum lagi si Yesi yang manis dan penurut. Apalah gue ini. Huhuhuhu." Julie meratapi nasibnya.
"Ya elah, Jul. Lo cantik kali. Tinggi pula. Lo model kalau lo lupa. Sebandinglah, yang gak sebanding itu gue. Butiran debu deh diantara kalian."
"Kak Egi cantik. Buktinya Kak Brian nempel banget. Anaknya juga." Lirih Julie.
Egi melotot, "Hush! Gak ada, ya. Lo juga makan apa sih sampai keracunan?"
"Gak inget dan gak tahu."
Ketukan di pintu mengalihkan fokus mereka, "Eh iya mereka masih di luar. Bentar gue suruh masuk."
Julie menahan tangan Egi, "Mereka siapa, Kak?"
"Brian sama Wafi."
Julie langsung menggeleng keras, "Jangan, Kak." Bisiknya.
"Ngaco lo! Lagian Brian sama Wafi yang udah bantu-bantu tahu. Masa diusir?"
Egi membuka pintu, "Sorry ya kalian nunggu lama. Yuk pada masuk." Kata Egi.
Brian dan Wafi akhirnya masuk ke dalam ruangan di mana Julie sedang rebahan di ranjang dengan selimut yang hampir menutupi setengah wajahnya. Ia benar-benar malu apalagi di sana ada Wafi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana | ✔️
General FictionRenjana /rênjana/ (n) rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih) #1 - dayvelvet (28-07-2021) #17 - egian (28-07-2021) #25 - seulbri (28-07-2021) Cover by PUTRI_GRAPHIC