23. Terciduk Ibu

661 98 2
                                    

Acara barbekyu malam itu selesai lumayan malam. Irena, Egi, dan Julie sama-sama mencuci piring, sedangkan Wina dan Yesi diminta untuk duduk saja sambil menemani mereka berbincang serta menjaga anak-anak. Para lelaki bertugas membereskan panggangan dan meja portable serta membuang sampah.

"Jadi gimana ceritanya si Wafi jadian sama lo?" Tanya Wina pada Julie.

Semua otomatis menatap Julie penasaran. Julie terkekeh, "Gimana ya? Sebenernya gue sih yang agresif. Soalnya Kak Wafi emang pasif banget."

Julie melihat sekeliling lalu berbisik, "Sebenernya karena gak sengaja juga."

"Gak sengaja gimana?" Wina mulai penasaran.

"Lagi-lagi gue sakit perut haid. Malu sih gue kalau sampai kontrol ke dia. Rasanya gue mau menghilang aja kalau kesampaian begitu. Terus gue tahan-tahan aja. Cuma gue udah gak sanggup, waktu itu gue hampir pingsan pas pemotretan, jalan pun susah. Dibawalah gue ke IGD dan pas banget dokternya Kak Wafi."

"Uuu.. Tuhan memang punya banyak cara untuk menyatukan umatnya ya." Kata Egi.

Julie menyengir, "Terus gara-gara itu gue diminta kontrol dan konsultasi baiknya gimana. Kak Wafi jelasin ke gue dengan hati-hati banget pokoknya sampai gue ngerti. Gue juga diminta terus kontrol. Banyakan via WA sih."

"...eeeeh malah keterusan jadi makan siang bareng." Julie mengakhiri ceritanya.

"Terus gimana Wafi nembaknya?" Wina semakin bersemangat mendengar cerita Julie.

Semu merah di pipi Julie terlihat, "Gue yang nembak kak." Jawaban Julie terdengar samar namun malah sangat jelas di telinga semuanya.

Jawaban Julie berhasil membuat semua yang ada di sana terbelalak dan menganga. Egi bahkan sampai berhenti menyabuni piring-piring dan membiarkan air terus mengalir. Semua mata kini menatap Julie.

"Jadi sampai jadian pun Wafi gak ngerti cara nembak cewek?" Wina terdengar frustasi.

"Lo gimana nembaknya?" Tanya Egi.

"Ya gue bilang aja suka sama dia. Terus dia kelihatan kaget gitu. Awalnya gue nyesel udah bilang. Takutnya dia jadi gak nyaman. Eh tahunya dia senyum terus katanya kita coba dulu ya, semoga cocok. Artinya kita jadian kan ya kak?"

Semua yang ada di sana mengangguk kecil.

...

Clary dan Putra pun tertidur pulas tidak lama setelahnya karena sudah jam tidur mereka. Setelah Wafi, Julie, dan Yesi berpamitan pergi maka giliran Brian yang akan mengantarkan Egi pulang.

"Kita balik ya. Tolong Kak Egi dianterin dengan selamat." Pesan Julie.

Brian tertawa, "Pasti Jul. Lo pada hati-hati di jalan ya. Tuh Yesi kelihatan ngantuk banget. Jangan pacaran dulu!"

"Apaan sih Bang Bri." Cibir Wafi.

Egi melambai pada Julie dan Yesi. Egi dan Brian lalu masuk ke dalam rumah. Davin terlihat duduk memainkan ponsel sambil menunggui Clary.

Brian menggendong Clary. "Yakin gak nginep aja Gi?" Tanya Brian.

Egi menggeleng, "Gak lah! Ngada-ngada kamu. Lagian takut ibu pulang besok."

"Hehe bercanda kali Gi. Aku bawa Clary ke kamar dulu baru kamu pulang ya?" Egi mengangguk.

Brian telah turun lagi setelah mematikan lampu kamar Clary, "Vin, jagain Clary dulu ya gue antar Egi."

"Oke bang." Davin mengalihkan pandangannya pada ponsel dan mengantarkan Egi sampai depan pintu.

Perjalanan tidak macet karena sudah tengah malam. Menguntungkan sekaligus merugikan. Menguntungkan karena tidak perlu capek dengan pedal mobil dan merugikan karena waktu Brian dan Egi jadi terpotong.

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang