38. Tentang Pilihan

872 72 10
                                    

Brian mendengarkan dengan saksama penjelasan dokter tentang perkembangan janin yang ada di perut Egi. Mereka juga sudah bisa melihat bentuk janin itu dengan lebih jelas. Bahkan dokter sudah bisa memprediksi kemungkinan jenis kelamin bayi mereka.

"Ada kemungkinan perempuan pak, bu. Cuma ini baru prediksi ya. Bisa saja berubah saat bapak dan ibu USG lagi." Jelas sang dokter.

Egi sedang memang di USG dokter. Perut Egi juga sudah mulai membesar mengikuti usia kandungan yang kelima ini.

"Bisa berubah gitu ya dok?"

"Soalnya masih dalam masa pertumbuhan pak. Ini juga adek bayinya masih sembunyi. Kayaknya masih malu-malu." Kata dokter sambil bercanda.

"Nah sekarang kita dengar detak jantungnya ya?" Brian dan Egi mengangguk.

Dokter kembali menyiapkan alatnya dengan perawat. Ketika suara detak jantung anak mereka terdengar nyaring, Brian dan Egi saling pandang. Terharu karena sudah sejauh ini melihat perkembangan anak mereka.

"Sangat sehat ya bu. Detaknya tidak lemah. Pokoknya ikutin anjuran saya saja."

Brian dan Egi kembali mengangguk. Begitu selesai memeriksakan kandungan, Brian dan Egi segera menuju gerai starbucks dekat Rumah Sakit Ibu dan Anak Hari Bahagia. Mereka sudah janjian dengan teman-teman untuk berkumpul sejenak. Anak-anak mereka, termasuk anak Julie yang baru lahir, dititipkan dulu sebentar. Seperti reuni kecil-kecilan anggota Enam Hari sebenarnya.

Irena dan Satria sudah sampai duluan ketika itu. Mereka melambai ketika melihat Brian dan Egi sampai.

"Pesen dulu Gi, Bri." Ujar Irena.

"Iya kak, nanti Brian yang pesenin." Jawab Egi.

"Kayak biasa aja ya Bri." Kata Egi pada Brian.

"Oke yang."

Brian berdiri untuk memesan minumannya dan Egi.

"Gimana kandungannya? Katanya kontrol dulu 'kan?" Tanya Irena.

"Baik kak. Kuat dia." Egi terkekeh.

"Senengnya. Satria sih masih gak mau nambah." Sindir Irena.

Satria memang masih enggan menambah anak. Padahal Irena ingin menambah biar rumah mereka menjadi ramai.

"Ekheem." Kata Satria yang mengerti disindir.

"Udah tahu jenis kelaminnya?" Irena mengalihkan pembicaraan.

"Kalau kata dokter kemungkinan cewek."

"Clary sih seneng ini pasti."

"Banget kak. Dia bilang bisa diajak main dan didandanin." Egi dan Irena tertawa bersama.

Ketika itu Wina dan Jae datang. "Wina." Panggil Egi.

Wina segera berlari ke arah kedua temannya. Ia memeluk Egi dan Irena bergantian.

"Duh bumil ribet ye." Ujar Wina lalu ikut duduk.

"Ya gitu deh. Lo 'kan tahu gimana rasanya." Jawab Egi.

"Wafi sama Julie kayaknya agak telat lagi. Julie masih pompa asi buat anaknya katanya." Jelas Jae yang baru mendapat pesan dari Wafi.

"Ibu baru ya gitu." Kata Irena.

Brian kemudian datang membawa pesanannya, "Pesan dulu bang." Kata Brian.

Jae mengangguk dan berjalan untuk memesan. Wina sebelumnya sudah mengatakan ingin minum apa.

"Wah wah nendang nih." Kata Egi.

Semua langsung bersemangat dan berebut ingin memegang perut Egi, "Tolong dong ini gue bapaknya." Protes Brian.

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang