33. Lamaran dan Persiapan

639 80 14
                                    

Siapa kangen cerita impulsif ini????
Akhirnya aku update disela kesibukan tanpa habisnya ini. Capek aku kerja rodi mulu, jadi saatnya melanjutkan renjana. But.... aku baru nulis 1 part yang artinya hrs nunggu lagi wkwk
Capek ga nunggu? :')
Ah capek nunggu doi lagi kali ya wkwk

Ya udah aku kebanyakan cing cong. HAPPY READING GENGS



——————————————————



Egi sudah didandani sejak tadi pagi. Ia memakai kebaya dengan tatanan rambut sanggul rapi. Jarang-jarang melihat Egi berdandan seperti ini, kalau bukan karena lamaran ia tidak akan repot-repot memakai kebaya yang membuatnya susah bernapas saking ketatnya. Belum lagi roknya yang membuat dia hanya bisa melangkah sangat kecil.

Egi benar-benar diuji jadi wanita seutuhnya ketika memakai kebaya. Ia jadi jauh lebih anggun... kalau saja wajahnya tidak merengut. Egi merengut-rengut sejak pagi karena tidak diizinkan sarapan pagi oleh Ibunya. Ia hanya diberikan lemper dan air putih. Mana cukup untuk Egi. Jika saja ada kesempatan makan maka ia akan makan dengan lahap, sayangnya ia dijaga ketat oleh ibunya.

"Nanti aja makan sekalian sama Brian. Gak kasihan kamu sama dia? Masa kamu makan dia enggak." Liana menepuk pundak sang anak.

"Tapi Egi laper Buuuuu...." Rengek Egi.

"Hilih makan terus lo tuh. Gendut pas nikahan mampus deh." Cibir Evan yang rapi memakai kemeja batik seragam dengan Ibu dan kakaknya.

"Apaan lo! Emang gue elo yang gampang gendut? Gue makan banyak gak akan gendut." Kesal Egi.

"Lihat aja nanti ya. Kalau lo gendut jangan ngadu-ngadu ke kita." Evan memeletkan lidahnya lalu berlari menjauh.

Sungguh Egi sangat kesal karena Evan dan menderita karena tidak bisa makan. Padahal inikan acara dirinya, harusnya ia tidak dibuat lapar begini.

"Gak usah berantem ya. Hari ini kamu mau lamaran loh Gi. Evan juga jangan cari masalah loh, kakakmu mau lamaran ini."

Egi dan Evan langsung merengut karena dimarahi Liana. Liana tidak habis pikir pada keduanya, yang satu sudah mau menikah tapi masih kekanak-kanakan dan yang satu sudah beranjak dewasa tapi tidak mau dewasa juga.

"Nanti kalau udah selesai boleh deh makan sesukanya." Kata sang Ibu.

Setelah selesai dan semuanya siap acara akhirnya dimulai. Sayangnya Egi tetap saja masih belum bisa langsung menikmati makanan mengingat ada banyak susunan acara yang harus mereka lalui. Belum lagi kegugupan Egi. Setidaknya karena ia gugup jadi lupa akan rasa laparnya. Walaupun belum sampai ke acara pernikahan, namun lamaran pun sudah membuat Egi gugup.

Tamu acara sudah berhadir dan duduk di masing-masing kursi yang telah disediakan. Keluarga besar Egi dan Brian terlihat jelas dengan baju seragam yang sudah dibagikan sebelumnya. Beberapa teman dan kenalan pun sudah duduk manis termasuk geng Velvetnya dan EnamHari.

Jae dan Wina terlihat duduk di depan. Sesekali Jae mengusap perut Wina yang sudah semakin membesar. Raut bahagia tergambar dari wajah Jae. Siapa yang tidak bahagia kalau sebentar lagi akan menemui malaikat kecilnya dan menjadi ayah baru? Sebentar lagi EnamHari akan menambah keponakan.

"Halo anak Papa." Ujar Jae pada perut Wina.

"Lagi apa nih?" Tanya Jae.

"Lagi nungguin Tante Egi Pa." Jawab Wina.

"Loh kok Tante Egi?"

"Kan Tante Egi mau lamaran."

Satria dan Irena memilih duduk di bagian belakang mengingat Putra yang sangat aktif. Mereka takut Putra akan mengganggu tamu lainnya. Sesekali terlihat Satria mengejar Putra untuk didudukkan kembali. Menjadi Irena mungkin akan terus bersyukur setiap saatnya karena Satria yang benar-benar menjadi sosok suami idaman.

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang