Brian langsung menitipkan Wina pada Davin setelah lelaki itu datang. Davin terengah-engah karena berlarian dari tempatnya tadi. Ia padahal sedang menikmati wahana-wahana, kapan lagi bisa penyegaran otak dari hiruk-pikuk kehidupan dosen.
"Gimana ceritanya Clary hilang?" Tanya Davin masih dengan napas yang belum teratur.
Tidak ada yang menjawab. Brian sibuk memencet ponselnya dan bersiap untuk pergi mencari Clary.
"Kak Win." Lanjut Davin hendak meminta penjelasan Wina yang masih sesenggukan.
"Nanti gue ceritain. Sekarang gue cari Clary dulu. Tolong jagain Wina ya." Pesan Brian.
"Oke bang."
Davin duduk di sebelah Wina yang sedang tersedu. Ia menenangkan Wina yang merasa bersalah dengan mengelus pundaknya.
"Gak papa, kak. Clary pasti ketemu, kan Bang Bri sama Kak Egi yang cari." Davin masih berusaha menenangkan.
Brian sendiri tadi tidak sempat benar-benar menenangkan Wina karena ia juga panik. Anak semata wayangnya hilang membuat Brian tidak bisa sekedar menenangkan diri sendiri, apalagi orang lain. Brian tadi sibuk mengirimi pesan di grup kantor siapa tahu ada yang melihat Clary.
Brian berlarian dengan frustasi karena tidak juga menemukan sosok Clary di keramaian. Padahal ia sudah kembali ke wahana tadi dan mencari di sekitarnya. Brian takut dan khawatir. Clary trauma sendirian. Brian merasa seperti kembali ke beberapa tahun lalu saat Clary hilang saat liburan.
Tidak berbeda dengan Egi, ia juga hampir frustasi. Bahkan napasnya sudah terengah-engah dan ia masih belum menemukan Clary. Ia sudah lebih dulu mencari Clary dan tidak juga menemukan hasil.
"Clary." Panggil Egi lagi.
Beberapa orang memang menatapnya heran namun tidak terlalu peduli karena mereka asik kembali dengan keluarga atau temannya. Egi kembali berjalan sambil melihat-lihat sosok anak kecil yang kemungkinan adalah Clary. Bahkan sampai hari sudah semakin siang Clary juga tidak ditemukan yang artinya sudah hampir satu setengah jam Clary hilang. Mereka harusnya sudah berkumpul untuk makan siang dan pulang.
"Clary, ini Tante Egi!" Seru Egi lagi, kali ini Egi benar-benar panik.
Tidak ada juga jawaban membuat Egi tiba-tiba menitikkan air mata. Ia tidak tahu kenapa ia sepanik dan sekhawatir itu. Mungkin karena Clary masih terlalu kecil dan melihat bagaimana keramaian dufan membuat Egi parno. Mengingatkan Egi dengan masa kecilnya yang juga hilang di taman bermain. Egi tahu rasanya sendiri di keramaian. Mencekam.
"Clary, ini Tante Egi!" Kata Egi lagi tak menyerah, Egi tidak peduli jika orang-orang menganggapnya aneh. Sekarang yang terpenting adalah menemukan Clary.
Dalam hati ia berdoa semoga Clary menjawab panggilannya. Ia memejamkan matanya memohon ada keajaiban saat ia membukanya kembali.
"Papa!"
Suara yang Egi kenali seakan menjawab doa Egi. Hatinya tergerak meminta Egi segera membuka matanya dan ternyata ia melihat sosok Clary yang berkeringat dengan mata sembab. Egi berlari menghampiri Clary dan membawanya ke pelukannya.
"Clary!" Pekik Egi.
Hati Egi lega melihat Clary sudah ada di pelukannya. "Papa... Om Davin..." Lirih Clary dalam tangisannya.
"It's okay ada tante di sini." Ucap Egi.
Egi melepaskan pelukan itu dan melihat bagaimana Clary ketakutan. Ia menghapus air mata Clary.
"Ada tante di sini."
"Mama." Ucap Clary lagi.
Mendengar ucapan Clary itu membuat hati Egi sakit. Egi yakin Clary pasti merindukan mamanya di saat begini. Egi hanya bisa memberikan pelukan lagi pada Clary. Menyebarkan kehangatan serta memberi perlindungan pada Clary dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana | ✔️
General FictionRenjana /rênjana/ (n) rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih) #1 - dayvelvet (28-07-2021) #17 - egian (28-07-2021) #25 - seulbri (28-07-2021) Cover by PUTRI_GRAPHIC