Egi berdiri menatap dokter di depannya dengan khawatir. Menunggu ucapan selanjutnya dari dokter itu mengenai temannya yang baru saja sadar dari pingsan. Egi memang sudah mendengar penyebab temannya itu pingsan maupun keadaannya sekarang. Ia hanya khawatir mungkin ada penjelasan lain yang ingin dokter itu sampaikan.
Dokter muda itu menggeleng menatap wanita yang hanya tersenyum canggung. Ingin kesal tapi teman sendiri. Tidak marah tapi temannya itu tidak pernah jera. Dokter itu diposisi yang serba salah.
"Jangan lihatin gue gitu mulu dong, Fi! Gue ya mana tahu bakal begini." Ucap wanita itu, tidak merasa bersalah sama sekali karena sudah membuat hampir semua orang khawatir.
"Iya Win lo mana tahu, tapi harusnya udah menduga kalau lo udah over work pasti bakal begini. Heran gue. Capek pasien gue gak jauh-jauh dari elo mulu. Mana ada peningkatan kalau lo lo doang." Jawab dokter bernama Wafian Arya Khalid, Egi mengetahuinya setelah dokter itu mengenalkan diri sewaktu Wina dibawa ke UGD.
"Hehe jangan gitu dong, Fi. Jadi malu kan gue." Canda Wina.
Wafi hanya merotasi matanya malas. Temannya ini memang kelebihan menyebalkan. Padahal Wafi sudah memperingatkan Wina untuk tidak bekerja berlebihan atau ia akan jatuh pingsan karena kelelahan dan akhirnya terbukti.
"Lo gak kasihan apa sama yang di perut lo? Gue itu khawatir Win." Kata Wafi lagi.
"Iya iya Wafi. Habis ini gue janji gak akan over work lagi." Sahut Wina.
"Habis ini gue janji gak akan over work lagi." Ulang Wafi karena sudah sebal dengan Wina.
Wina malah hanya menyengir dan berucap, "Fi, jangan bilang-bilang Jae gue pingsan lagi ya?" Pinta Wina.
Wafi menggeleng. "Sorry gue gak bisa bohong lagi. Capek nutupin lo mulu. Ini udah dua kali lo pingsan bulan ini. Ngeri gue."
"Yaaah masa lo gitu sih, Fi. Nanti dia misuh-misuh sama gue."
"Ya itu urusan rumah tangga lo berdua. Lagian Bang Bri juga kayaknya tahu lo pingsan. Mampus dah diaduin sama dia."
"Lo juga bebal banget jadi manusia. Gak mau dengerin saran gue." Lanjut Wafi.
"Ih gue tuh cuma keasikan kerja."
"Keasikan kerja sampai gak memikirkan kandungan lo sendiri. Hilih." Kesal Wafi.
Wafi memang sudah kepalang kesal dengan Wina yang tidak mau mendengarkan sarannya untuk cuti bekerja dulu selama masa kehamilan.
"Kasih tahu Brian buat tutup mulut gih, Fi." Pinta Wina.
Wafi menggeleng, "Lo bilang aja sendiri sama orangnya. Dia udah jalan ke sini."
Ucapan Wafi membuat Wina terkejut sekaligus merinding. Egi pun tadi memilih untuk diam dan memberikan ruang bagi kedua orang teman ini untuk saling berbicara.
...
Setelah mendengar bahwa Brian akan datang, Wina memulai acara merajuknya pada Wafi dan Wafi tidak mempedulikannya. Egi sekarang berada di posisi yang sulit karena ada di antara dua orang sahabat yang saling marah.
"Gue keluar dulu ya?" Kata Egi.
"Eh kenapa?"
"Gak papa. Siapa tahu lo pada mau berantem dulu." Kata Egi savage.
"Ih Egi mah sama aja kayak Wafi."
Egi hanya bergedik lalu membuka pintu ruang rawat Wina. Egi sedikit terkejut ketika mendengar keributan di ujung lorong rumah sakit. Terdengar suara tangisan kencang anak kecil. Wafi bahkan sampai ikut menengok karena suara itu menggema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana | ✔️
General FictionRenjana /rênjana/ (n) rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih) #1 - dayvelvet (28-07-2021) #17 - egian (28-07-2021) #25 - seulbri (28-07-2021) Cover by PUTRI_GRAPHIC