16. Temu Kangen

641 102 4
                                    

Egi buru-buru masuk ke dalam kamar Wina setelah dipersilakan masuk. Ia langsung menaruh tasnya sembarang begitu mencapai kamar Wina.

"Sibuk bener lo ya kayaknya." Kata Wina sambil memberikan minuman dingin kesukaan Egi.

"Ya gimana lagi. Projek perusahaan lagi banyak-banyaknya." Egi meneguk minuman botol yang diberikan Wina.

Lagi-lagi ia terdampar di rumah Wina dengan posisi Jae sedang dinas luar kota dan ibunya sedang mengunjungi sang adik. Jae memang meminta Egi untuk menemani Wina kalau sedang tidak lembur.

"Gara-gara Brian nih temen gue sibuk banget. Nanti gue protes biar lo gak sibuk terus."

Egi tergelak, "Gak papalah kan ada bonusnya. Lumayan nyicil biaya nikah."

"Emang masih aja ngejar bonus. Kalau mau bonus banyak mah tinggal nikahin bosnya banyak dah bonusnya." Ceplos Wina.

"Lo lama-lama semakin nyebelin ya Win."

Wina tidak mempedulikannya, "Kak Iren bakal bawa anaknya nih. Asiiik." Ujar Wina antusias ketika melihat pesan yang masuk ke ponselnya.

Tidak bisa dipungkiri kalau Egi dan Wina sangat menyukai anak kecil. Bahkan dulu saat kuliah mereka berdua sempat bekerja paruh waktu di day care demi menambah uang jajan. Selain itu di sana mereka bisa bertemu banyak anak kecil.

"Julie juga udah mau otw habis pemotretan. Siapa sih nama anaknya Kak Iren? Gak pernah disebut digrup kayaknya." Egi juga mengecek ponselnya.

Egi sudah menyelonjorkan kakinya. Melonggarkan kemeja yang sedaritadi serasa mencekik lehernya. Tak lupa ia melepaskan ikat pinggang yang mengikat erat pada celananya agar tidak melorot. Lega sekali bisa melonggarkan pakaian.

"Putra. Panjangnya Baginda Putra Panembrana. Keren kan namanya? Hasil karya Kak Satria itu. Gue juga udah nyari nama yang gak kalah keren buat baby gue sama Jae." Wina mengelus perutnya yang sudah memasuki usia lima bulan.

"Hype calon orang tua emang beda ya. Yesi bakal dateng juga Win?"

"Datenglah. Dia udah gue paksa. Masa kita kumpul gak lengkap. Kasihan sih sebenernya abis kuliah tapi gak papalah ya sekali-kali." Wina terkikik.

"Dasar lo! Emang Wafi gak marah adiknya lo culik habis kuliah?"

"Galakan gue kayaknya daripada Wafi. Wafi mah iya terus kalau sama gue."

"Parah lo!"

Suara halus dari sebuah mobil terdengar dari luar yang Egi dan Wina yakini adalah milik Irena. Irena memang termasuk wanita mandiri yang tidak bergantung terus-terusan pada suaminya. Ia mengerti posisi Satria sebagai dokter super sibuk dan Satria juga tidak mengekangnya. Selagi ia bisa dan diperbolehkan kenapa tidak?

Suara derap langkah mendekati pintu kamar Wina. Ketika terbuka munculah sosok cantik yang tersenyum dengan sosok tampan digenggamannya.

"Halo Putra!" Ucap Wina antusias.

Putra segera melepaskan genggamannya untuk masuk ke dalam pelukan Wina. "Halo Tante Wina. Putra kangen."

"Ih sama tante juga. Makin ganteng aja."

Wina memegang pipi Putra. Ia memperhatikan wajah anak lelaki yang semakin mirip sang ayah. Irena benar-benar tidak mewarisi banyak hal pada Putra. Kalah kuat dari Satria. Kalau Irena mendengar ini pasti ia akan sangat kesal karena Putra hanya disebut mirip Satria.

"Hai kak." Sapa Egi.

"Hai."

Irena mengambil posisi di sebelah Egi. "Putra kenalin ini temen Mami. Namanya Tante Egi."

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang