20. Berjuang Bersama

699 95 2
                                    

Kembali pada kejadian saat Brian memintanya menjadi kekasihnya.

Egi menggigit bibir bawahnya berusaha menahan erangan yang memaksa keluar dari bibirnya. Ia meremas rambut Brian sebagai respon dari perlakuan lelaki itu.

"Bri-brian." Ujar Egi bersusah payah.

Brian sudah meliar ketika bibirnya mencumbu kulit leher Egi. Ada sensasi baru yang Egi rasakan akibat ciuman itu. Ada rasa terbakar dari dalam dirinya. Entah sejak kapan Egi sudah duduk di pangkuan Brian.

"Brian!"

Egi akhirnya berhasil membuat Brian menghentikan aksinya dan menatapnya. Suara deru napas tidak teratur dari keduanya menguasasi beberapa menit pertama mereka. Tatapan dalam kedua menjadi komunikasi dalam diam.

"Sorry Gi." Ucapan pertama dari Brian.

Egi memukul lengan Brian. "Ih dibilang jangan lebih malah begini!" Omel Egi.

Brian malah menyengir. Posisi Egi masih ada di pangkuan Brian. Brian malah memeluk pinggang Egi sambil sesekali mengelusnya.

"Bri, jangan lagi ya. Anak kamu lagi tidur loh di kamar. Gimana kalau dia bangun dan lihat Papanya begini?" Protes Egi.

"Iya iya Egi. Jangan marah-marah mulu dong. Masa aku dimarahin mulu. Aku tuh capek Gi abis kerja rodi."

"Siapa suruh kerja rodi." Egi mencibir.

Lagi keheningan melanda mereka. Sepertinya hanya dari tatapan mata saja mereka sudah berkomunikasi. Egi malah melingkarkan lagi tangannya pada leher Brian. Membuat lelaki itu menyerngit meminta penjelasan.

Egi tidak mengeluarkan ucapan apapun namun langsung memeluknya. "Bri..." Ujar Egi dalam pelukannya.

Brian mengeratkan pelukannya. "Iya?"

"Kamu yakin mau pacaran sama aku?"

"Aku bukan cuma pacaran Gi tapi serius sama aku."

"Iya kamu yakin mau serius sama aku? Eum mencoba serius sama aku?" Ralat Egi.

Kening Brian mengerut, "Kenapa memangnya?"

"Aku gak yakin bisa jadi Ibu yang baik buat Clary..." Egi memainkan jarinya di atas pundak Brian.

"...aku gak ada apa-apanya dibanding kamu..."

"...aku..." Sebelum Egi kembali melanjutkan ucapannya Brian melepaskan pelukan itu hingga mereka kembali saling berhadapan.

"Kenapa kamu sampai berpikiran begitu?" Brian terlihat tidak suka.

"Aku..." Egi menggigit bibir bawahnya dan mengatup bibirnya.

"Apa karena aku direktur di kantor dan kamu cuma salah satu staf aku?"

Egi memilih untuk tidak menjawab dan menundukkan kepalanya.

"Gi... emang zaman sekarang masih berlaku itu semua? Aku gak punya waktu buat nyari yang kata orang selevel sama aku. Aku perlunya yang bisa cocok dan sayang sama Clary. Dan itu kamu."

Brian membuat Egi memandanganya, "Jadi jangan berpikiran begitu lagi ya. Aku gak suka. Urusan perasaan itu urusan aku dan kamu bukannya urusan level levelan."

"Tapi..."

"...aku gak tahu gimana tanggapan Ibu tentang kamu. Aku takut... aku belum berani ngomong ke Ibu."

"Masalah status pernikahan aku ya?"

Egi mengangguk perlahan karena takut menyakiti hati Brian. Brian malah tersenyum yang membuat Egi mengerutkan keningnya.

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang