Hari ini entah Brian maupun Egi sama-sama gugup setengah mati. Bagaimana tidak kalau mereka hari ini mengadakan acara makan malam bersama sebelum menentukan kapan acara lamaran Brian dan Egi. Kedua belah pihak memang sepakat untuk saling temu keluarga dulu sebelum adanya acara lamaran.
Rumah Brian sudah penuh dengan wewangian makanan yang tentu saja pasti lezat. Brian saja kalau tidak sedang gugup mungkin sudah khilaf makan. Sayangnya karena dia sedang merasa tidak karuan jadi nafsu makannya agak hilang. Ia tidak tenang sebelum melihat keluarga Egi duduk di hadapannya sambil makan dengan lahap dan santai bercengkerama.
"Gak usah gugup sih bang. Ini baru ketemu keluarga loh. Belum lamarannya, belum nikahannya. Masih panjang sih jalan lo buat sah." Ujar Davin, antara menenangkan atau malah semakin membuat gugup.
"Lo sih enak ngomongnya. Coba kalau lo ketemu keluarga Yessi buat bahas acara lamaran pasti gini juga. Gue nih masih setengah jalan." Ketus Brian.
Davin malah tertawa dengan tidak tahu dirinya. "Gue sih udah dapet restu mamahnya Yessi ya." Davin memeletkan lidahnya tanda mengejek Brian.
"Adek sialan!" Brian melempar bantal pada Davin.
"Bang, rambut gue udah rapi ya!" Kesal Davin.
"Lo juga rese! Sana keluar daripada rusuhin gue!"
"Dih pemarah kayak cewek PMS!" Ejek Davin.
Sebelum Brian kembali melemparkan sesuatu maka Davin sudah terlebih dahulu keluar kamar.
"Davin sialan!" Gerutu Brian, untungnya tidak ada Clary di kamar itu.
Jika ditanya di mana Clary? Jawabannya di kamarnya sedang berdandan. Shafa membantu Clary memilih pakaian paling lucu dan cantik. Shafa juga sedikit merias Clary.
"Ya ampun cucu oma cantik banget!" Shafa menatap gemas Clary.
Pipi Clary yang merah menambah gemas dandanan anak kecil itu. Tidak perlu repot-repot menambah blush.
"Clary cantik ya oma?" Tanya Clary.
"Banget sayang."
"Udah cantik kayak Mama Egi belum?"
"Jelas! Pokoknya kalian berdua cantik banget. Oma jadi gak sabar mau lihat Mama Egi. Pasti papa kamu langsung klepek-klepek deh."
"Papa pasti suka banget sama mama ya oma." Jawab Clary.
"Iyalah duda." Bisik Shafa sekecil mungkin agar Clary tak mendengarnya.
"Yuk kita turun. Pasti papa udah di bawah."
...
Egi menatap dirinya di depan cermin berkali-kali. Ia selalu mengoreksi pakaiannya lah, riasannya lah, atau rambutnya lah.
"Ya elah udah cantik juga." Kesal Evan.
"Apaan sih masuk-masuk kamar gue tanpa ketuk pintu!" Kesal Egi, ia agak tersentak.
"Lo nya aja keasikan nyermin sampai gak sadar dipanggil Ibu."
"Gak."
"Baru juga makan malam keluarga, belum lamarannya. Ribet amat lo." Cibir Evan.
"Lemes mulut lo ya."
"Heh nyai, kalau lo gak gue restuin gak bisa naik pelaminan loh." Ancam Evan.
"Ibuuuuuuuu! Lihat nih si Evan main ancem Egi." Adu Egi.
"Dih bisanya ngadu." Cibir Evan.
"Enggak Bu. Eginya aja nyebelin!" Balas Evan.
Liana mendatangi kedua anaknya, "Udah udah ayo cepetan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana | ✔️
Aktuelle LiteraturRenjana /rênjana/ (n) rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih) #1 - dayvelvet (28-07-2021) #17 - egian (28-07-2021) #25 - seulbri (28-07-2021) Cover by PUTRI_GRAPHIC