17. Semakin Dekat

682 105 6
                                    

Pagi-pagi sekali Egi masih bergelung di balik selimut sambil memeluk gadis kecil di sampingnya. Cahaya matahari masih belum keluar dari persembunyiannya sama sekali. Rasanya nyaman bisa bergelung seperti ini. Hangat dan nyaman.

Akhirnya Egi tertidur lagi sampai matahari benar-benar menampakkan diri dan suhu yang mulai menghangat. Egi menyibak selimutnya karena merasa kepanasan. Clary di sampingnya juga terlihat berkeringat dan gelisah.

Egi mengeliat. Ia mengambil remot AC dan menurunkan suhu ruangan agar Clary bisa tidur dengan nyenyak lagi. Ia akan membiarkan Clary tidur lebih lama sampai ia selesai membuat sarapan.

Egi mencepol rambutnya sembarangan lalu mencuci wajahnya. Ia berjalan keluar kamar untuk menuju dapur. Ia akan mempersiapkan sarapan pagi untuk mereka berdua sekaligus menunggu kiriman perlengkapan Clary yang Irena janjikan.

Egi hanya akan membuat menu sederhana yaitu sandwich. Untung saja ia masih ada beberapa lembar roti, daun selada, daging lembaran, telur dan keju. Egi memanggang roti dan daging di atas teflon. Telurnya juga ia ceplok. Egi menyusun rapi semuanya di atas roti, menambahkan saus dan ditutupi oleh roti lagi.

"Selesai." Egi tersenyum melihat hasil karyanya. Egi menata makanan dan minuman di atas meja makan.

Egi berjalan menuju kamarnya."Clary bangun yuk." Ujarnya.

"Ada sandwich loh di meja makan."

Belum ada jawaban dari Clary, "Sayang... bangun yuk." Panggilan kali ini berhasil membangunkan Clary.

Clary mengeliat panjang sebelum melihat siapa sosok yang membangunkannya,  "Mama..." Ucap Clary dengan suara serak.

Egi tersenyum.

"Aku tidur di rumah Mama?" Tanya Clary.

"Iya sayang. Di kamar Mama juga." Clary tersenyum mendengar jawaban itu.

"Makan yuk." Ajak Egi.

Clary mengangguk. Setelah merapikan tempat tidur, keduanya menuju dapur. Egi memberikan sandwich buatannya tadi. Ia juga membuatkan susu hangat untuk Clary.

"Enaaaaak." Puji Clary.

Pujian itu berhasil membuat Egi senang.

"Nanti Mama buatin lagi ya. Biar Papa bisa nyoba juga atau sama Om Davin juga." Clary mengangguk.

"Coba aja tiap pagi Mama yang buatin. Masakan Papa atau Oma di rumah pasti berulang terus. Gak kreatif." Keluh Clary.

Egi tertawa, "Nanti Mama ajarin deh Papa masakan yang Mama tahu biar masakannya gak itu itu aja."

...

Egi dan Clary sudah sama-sama mandi dan bersiap ke pasar. Sebenarnya Egi takut-takut membawa anak ini ke pasar. Clary bilang ia tidak pernah ikut belanja bahan pokok seperti ini. Kalaupun ikut pasti ke super market.

Egi dan Clary berjalan berdampingan, Egi bilang mereka akan naik angkot dan Clary lagi-lagi kembali bersemangat. Egi sangat senang melihat semangat Clary, membuatnya ikut bersemangat pula.

"Mama sering naik ini?"

"Sering kalau lagi gak buru-buru. Clary belum pernah ya naik ini?"

"Belum."

"Seneng gak?"

Clary tersenyum lebar, "Seneng banget."

Angkot yang mereka naiki sudah membawa mereka hingga pasar yang dituju Egi. Egi terus menuntun Clary agar tidak terpisah.

Selama di pasar Clary terus bertanya entah tentang buah, sayuran atau ikan-ikan yang ia lihat. Egi senang membawa Clary ke pasar bukan hanya memberikannya sebuah pengalaman baru namun juga pengetahuan baru. Ada beberapa bahan makanan yang Clary tidak tahu menjadi tahu.

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang