26. Deep Conversation

624 94 11
                                    

Setidaknya ada sedikit kelegaan di hati Egi setelah bertemu dengan keluarga Brian. Mereka sangat terbuka dan menerima Egi walau awalnya Egi kira papi Brian tidak akan merestui karena Egi yang dari kalangan biasa saja. Apa yang perlu dipikirkan sekarang tinggalah restu keluarga Egi.

Hari ini adalah hari Sabtu. Egi dan Brian terang-terangan janjian untuk kencan. Bahkan Egi mengatakannya pada Liana. Ia tidak ingin ada yang ditutupi lagi pada hubungannya.

"Jadi kencannya Gi?" Tanya Liana.

"Jadi dong bu."

Lalu terdengar hembusan napas Liana. Tidak ada niat sekalipun Liana untuk berucap atau melarang karena melarang pun tak akan mempan sekarang.

"Ibu percaya sama Egikan?" Liana menyerngit.

"Egi udah pikirin baik-baik bu dan Egi juga pengin ibu mikirin masalah ini. Egi pamit ya."

Egi salim pada Liana dan keluar. Brian sebelum mempersilahkan Egi masuk ke dalam mobil ia memilih untuk menemui Liana dulu untuk berpamitan dan meminta izin.

Brian terlihat sangat tampan dengan kaos polo hitam berbalut jaket denim serta jeans. Membuatnya berkali-kali jauh lebih muda bahkan seperti belum punya anak. Egi saja terpesona, masa ibunya tidak. Pikir Egi.

"Brian pinjam Egi sebentar ya bu." Ucapnya.

Walau terpaksa, Liana tetap tersenyum. "Hati-hati ya kalian."

Brian tersenyum setelah mengiyakan kata-kata Liana. Brian segera mempersilahkan Egi masuk ke mobilnya.

"Bener gak papa nih?" Tanya Egi.

Sebenarnya kencan hanyalah dalih mereka. Katanya, mami Brian dan Clary akan mampir ke rumah. Egi sengaja tidak memberitahu ibunya. Biarkan menjadi serangan dadakan saja. Shafa lah yang memberi ide ini dan meminta Egi dan Brian tidak perlu ikut campur untuk hari ini.

"Gak papa. Ibu luwes kok. Kan udah pernah sama yang dulu. Expert!" Jawab Brian.

Mobil Brian berjalan menuju tujuan yang tidak jauh-jauh dari vila lagi. Brian bilang cukup menghabiskan malam minggu di sana sambil menunggu kabar dari maminya. Egi dan Brian pun juga membawa baju ganti siapa tahu ketiduran di sana.

Brian mengeluarkan tas ransel serta kantong belanjaan yang sebelumnya sudah dipersiapkannya. Tidak lama setelah mereka sampai langit malah mengeluarkan butiran-butiran air hujan. Hawa yang sudah dingin semakin menjadi dingin.

Buru-buru Egi dan Brian masuk ke dalam vila. Mereka tidak ingin bertaruh untuk mati kedinginan.

"Malah hujan, padahal mau lihat sunset." Keluh Egi.

"Kan masih ada lain waktu. Mau yang hangat-hangat gak? Susu gitu? Atau coklat?" Tawar Brian.

"Susu coklat Bri." Ujar Egi.

"Oke."

Brian berjalan menuju dapur dan meletakkan belanjaannya di atas meja makan. Belanjaan itu dipenuhi dengan makanan ringan. Brian mencari bahan-bahan yang ia perlukan lalu memasak teko untuk menghasilkan air panas.

Egi memilih untuk duduk di dekat Brian sambil menatap punggung yang sibuk membuat susu coklat hangat. Sambil menunggu air panas, Brian melepaskan jaket denimnya. Ia letakkan begitu saja di dekat Egi.

"Mau ngapain sih di sini?" Tanya Egi.

"Kencanlah."

"Kan katanya ini cuma alasan."

"Sekalian kencan. Sekalian biar bisa berdua aja. Kalau di rumah takutnya Clary malah gak mau ikut mami." Jawab Brian.

Brian mendekati Egi. Mengurungnya yang sedang duduk dengan kedua tangannya.

Renjana | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang