BAB 7 REKAMAN

1K 329 35
                                    

Balas dendam terbaik adalah memperbaiki diri sendiri, tak ada kata ‘pembalasan’ dari manusia kemanusia. Biarkan tuhan yang membalas, kita cukup diam dan memperhatikan.

Toni Afriando.

Hari ini sepulang sekolah mereka semua berkumpul dirumah Nathania. Semua duduk diam diruang tamu, bingung akan memulai pencarian bukti dari mana. Cukup lama berfikir dan akhirnya Putra yang memecahkan keheningan sejak tadi.

Putra menatap Nathania intens.“Lokasi apartment?”

“Apartment l'avenue sebelah gedung perwara,” jawabnya.

Putra mulai berfikir lagi mencerna otak yang dikatakan pintar oleh semua orang, ia menatap Steven dengan menaikkan satu alisnya.

“Yang nyebak pasti orang yang kalian kenal, kalo gak kenal ada urusan apa mereka sama lo berdua? Sekarang kita hanya perlu datang ke apartment l'avenue,” semua menatap Putra dengan pandangan takjub, begitu pula dengan Nathania.

Bergegas dengan cepat menaiki mobil fajero milik Putra, Putra yang menyetir duduk di depan ditemani Riko, sedangkan Liony dan Nathan duduk berdua di tengah dan terakhir Steven dan Toni duduk di belakang.

Sampai di apartment l'avenue. Turun dari mobil dengan cepat menemui pegawai apartment. Terlihat wanita muda yang sedang membersihkan kaca di ruang utama apartment, Riko mendekatinya. Namun wanita itu menatap seragam Riko seperti tak asing baginya, Nathana menatapnya bingung. Apakah ada yang dia ketahui? Lalu, kenapa ditutupi?

“Permisi, Mbak say—” ucap Riko terpotong.

Dengan gugup wanita itu berkata,“Maaf, saya harus membersihkan kaca yang lain.” mendengar ucapan itu membuat Putra ikut berbicara.

Putra mendekatinya, sekarang wanita itu sudah bertatapan dengannya. Kini Putra merapikan seragam sekolah dan memasukkan tangan kedalam saku celana abu-abu miliknya. Putra mendekatkan bibirnya kesamping telinga wanita muda itu, sampai-sampai keringat dingin mengalir di kening pegawai apartment yang sedang berhadapan dengannya.

“Apakah Mbak mengetahui sesuatu?” bisik Putra, namun wanita itu masih diam tak bersuara. Putra menjauhkan bibirnya.

Nathania mendekati mereka dengan tersenyum ramah kewanita itu,“Hai... Lo cantik. Berapa orang yang membayar lo supaya tutup mulut?”

“1 juta? Oh mungkin 5 juta yah, 5 triliun, kah?” sambungnya lagi, Liony terkekeh geli dari kejauhan.

“Maaf, saya tidak tau apa-apa,” jawabnya ngeri menatap mata Nathania yang dari tadi melihat kearahnya tajam.

“Di mana ruang Cctv?” tanya Putra, wanita itu mendongakkan kepalanya menatap Putra.

“Sini, biar saya tunjukkan.”

“Temen gue bilang, di mana ruang Cctv. Bukan minta anterin keruang Cctv,” sambung Riko, wanita itu diam.

“Di belakang, dekat dapur khusus apartment,” jawabnya lalu pergi meninggalkan mereka.

Nathania menoleh kearah Steven yang sedang berdiri bersama Liony dan Toni.

“Sepertinya ada yang tidak beres, detective Steven bekerjalah dengan yang baik,” ujar Nathania bercanda, semua terkekeh mendengarnya kecuali Putra dengan wajah datarnya.

Berjalan menyusuri lantai apartment dengan sesuai ucapan wanita tadi, mereka menuju arah belakang dekat dapur khusus apartment. Sampai di sana, mereka tidak menemukan ruangan kecuali dapur mewah itu. Mereka mengelilingi setiap sudut di lokasi, namun sama sekali tidak ketemu dengan ruang Cctv.

Tentang NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang