BAB 6 DATANGNYA KEBENCIAN

1.1K 361 148
                                    

Dulu segala sesuatu tampak indah, sama sekali aku tak pernah berfikir bahwa akhirnya akan seperti ini. Sulit untuk dipercaya, namun itulah kenyataannya.

—Nathania Angela.

Berjalan dikoridor sekolah dengan santainya memasuki kelas tanpa satu kata yang keluar dari mulut gadis itu. Ia mengingat satu hal, dan bergegas dengan cepat memeriksa tugas bahasa yang Bu Susi berikan waktu itu.

“Astaga, gue lupa!” ujar Nathania mengacak-acak rambut yang sudah rapi diikat.

Tok Tok Tok.
Terdengar ada yang mengetuk pintu kelas X ipa 2, Nathania menoleh kearah pintu dan dengan jelas terlihat Killa wakil ketua osis yang seangkatan dengan Putra, Killa juga sekelas dengan ketos itu.

“Apa?” tanya Nathania tanpa basa-basi lagi, Killa melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas.

Killa memperhatikan isi kelas Nathania yang sudah mirip dengan gudang belakang sekolah. Benar kata Bu Susi kelas ini sangat berantakan, siswi perempuan malas untuk membersihkannya. Nathania mengerutkan keningnya yang sedari tadi menatap Killa yang sedang memperhatikan isi kelasnya.

“Ada perlu apa?” tanya Nathania begitu cepat, Killa menoleh kearahnya dan mengembangkan senyuman manisnya. Killa adalah siswi terfavorit di SMA Nusa Bangsa ini, dan dikenal sebagai siswi yang berprestasi, cantik, cukup baik, tapi ntah mengapa Nathania kurang suka padanya.

“Gue disuruh Bu Susi buat ngambil tugas,” jawabnya sopan.

“Bilang aja kalo gue lupa ngerjainnya.”

Killa mendekat kearah tas Nathania dan mengambil lembaran tugas bahasa tersebut. Ia duduk dikursi Liony yang terletak disebelah Nathania, dengan cepat Killa mengerjakan tugas sebanyak itu membuat Nathania semakin bingung.

“Nih, udah selesai, gue bawa keruang Bu Susi dulu,” kata Killa dengan beranjak pergi keluar kelas X  ipa 2 menuju kantor, Killa menoleh kearah Nathania lebih dulu.

“Sekalian, gue pamit mau masuk kelas.” Nathania mengangguk datar.

“BEEOOO!” teriak Steven menghampirinya.

“Beo, Beoo, Bapak lo Beo!” geram Nathania, Steven terkekeh.

“Tan, lo kemarin nggak di—” ucap Steven terpotong.

Ting!
Ponsel Nathania berbunyi lagi, Nathania sudah hafal pasti ini ulah orang misteri itu. Siapa dia? Semakin hari semakin sangat membingungkan, Nathania membuka notifikasi tersebut.

+62813********
Bagaimana kabar mu? Kenapa kau tidak merespon? Apakah kau baik-baik saja Nathania? Tolong jaga dirimu baik-baik. Aku tak ingin melihatmu terluka, aku menyayangimu.

“Aduhhhh pusing dah gue,” ujar Nathania kesal, dengan cepat Steven mengambil ponselnya dan membaca semua isi pesan yang ada.

“Siapa, nih?” tanya Steven kepo.

“Gak tau, kalo gue tau gak bakal pusing kaya gini,” jawab Nathania.

“Apa mungkin ini Awan?” gumam Steven dalam hati.

Steven memberikan ponsel itu kembali, dan meletakkan tasnya.“Ya udah, gak usah dipikirin. Bentar lagi upacara, lo mau bolos apa gimana, nih?”

“Kaya biasa aja Stev,” jawab Nathania pelan.

“Ya udah yok, setelah upacara kita kesekolah lagi aja,” ujar Steven pada Nathania.

Mereka yang sudah berjalan dikoridor sekolah untuk memanjat tembok belakang terhenti saat ada panggilan lewat toa sekolah.

Tentang NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang