BAB 42 END

1.3K 167 326
                                    

“Kenangan itu udah gue ringkas, dan ringkasannya hanya terisi dengan seperti apa semuanya berakhir.”

—Nathania Angela.

•••
Putar lagu ‘kamu dan segala kenangan-Shanna Shannon’ pokoknya lagu sedih.
Berikan vote dan komentar kalian di chapter ini!!!
•••

“Atannn!!!!” jerit Steven frustasi.

Tanpa sadar, truk bewarna kuning dari arah samping menabrak kencang motor Nathania. Wanita ini terseret ke jalanan, tubuhnya berguling di aspal. Helm yang sedari tadi ia gunakan, kini terlepas. Truk beralih pada tiang listrik di sekitar, goresan pedih dan sakit datang disekujur tubuh wanita ini. Sungguh, sakit.

Riko terkekeh. “Takut ya, kalo aku diambil orang?” gadis ini tak menjawab.

“Rik?” panggil Nathania.

“Apa sayang?” tanyanya menggoda.

“Gak usah lebay, deh!” cetus Nathania, lagi-lagi Riko terkekeh.

“Ya udah, apa?!” tanyanya menyentak.

“Gue—Ehh, aku boleh minta peluk nggak?”

Ingatan itu membuat air mata Nathania jatuh, wanita ini ingin bangkit. Namun gagal, tulang kakinya sulit untuk di gerakkan, darah dari puncak kepala terus mengalir. Nathania meringis kesakitan, dengan pasrah ia menatap langit malam.

“Bang, gue nyusul lo boleh 'kan?”

Perlahan, matanya menutup. Steven yang frustasi akan aliran darah yang mengalir keluar dari kepala Nathania, ia memanggil penduduk sekitar. Menelpon ambulance agar cepat datang. Dengan rasa sayang dan cinta, lelaki ini mengangkat tubuh Nathania ala bridal style. Steven meringis melihat darah itu, dunianya hancur.

“Atan ... l-lo harus kuat, ya? Gue sayang sama lo, gue gak mau kehilangan lo. Beo, please....” isakan tangis Steven sangat rapuh.

Saat ambulance datang, dengan cepat mereka menuju rumah sakit Hermina. Steven sudah menghubungi Beni, ia tak peduli dengan orang yang ada di apartment. Steven membenci semuanya, melihat sosok wanita yang ia sayang kini sudah terbaring lemah. Ia fustasi dengan menarik rambutnya sendiri, air mata Steven terus berjatuhan.

Semua hal yang telah terjadi, ingatan pada masa kecil yang lucu, semuanya menghampiri pikiran lelaki ini. Dengan menggenggam jemari Nathania, mencium punggung tangannya. Steven berkata; Jangan pergi, sebelum gue pergi.

“Stev! Gak boleh, laki-laki sama perempuan gak boleh berenang sama-sama!” sergah Nathania yang sudah berada di dalam kolam renang karet. Usianya sudah delapan tahun, sama seperti Steven.

“Boleh, kata siapa gak boleh? Mama sama Papa Stev aja, sering mandi bareng. Kita cuma berenang doang,” balas Steven membuat Nathania tampak berpikir sejenak.

“Iya, ya? Boleh? Nanti aku tanya sama Om Gio, deh. Laki-laki sama perempuan boleh mandi bareng gak? Gitu,” jawab Nathania polos.

“Iya, tanya aja. Tapi katanya, kalo lagi mandi bareng, gak boleh ada yang ngintip, Tan. Dosa,” sahut Steven sama polosnya.

Tentang NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang