"Terkadang, hanya masalah kecil yang di besarkan membuat pertemanan kita hancur dengan mudah."
-Nathania Angela.
Banyak siswa-siswi sedang berdiri dengan hormat kepada sang merah putih, keringat mengucur deras di tubuh mereka. Beberapa murid dari kelas lain merekam serta memfoto murid kelas X ipa 2 yang sedang menjalani hukuman. Semua tampak diam fokus dengan hukuman yang di berikan Bus Susi, tidak ada yang berani memecahkan keheningan di antara mereka.
Lelah? Sungguh, berdiri disini sampai Bu Susi muncul. Kapan guru itu akan datang?! Mungkin ada yang berkata seperti itu di dalam hati. Matahari siang semakin memanas membuat baju-baju mereka basah seperti terhanyut di air sungai. Wanita-wanita yang lainnya tampak memelas termasuk Nathania, mereka sudah kehabisan tenaga untuk berdiri tegap disini.
Steven melihat gerak-gerik wanita yang berdiri disampingnya, kaki sudah melemas membuat tubuh melayang-layang di udara. Steven tak menghiraukannya, lagian ia sudah tau bahwa wanita ini kuat. Tidak mungkin pingsan, itu pikiran Steven.
"Eehh," kata Toni yang berdiri tepat di belakang Steven, sedikit dekat dengan Nathania. Toni melihat tubuh Nathania yang hampir terjatuh ke tanah, namun wanita ini masih menunjukkan bahwa ia kuat.
"Aduhh, pusing gue," lirih Nathania dengan tangan yang menutupi sinar matahari di atas kepalanya. Tidak hormat, sudah kehabisan tenaga.
"Tangan di suruh hormat, bukan nutupin sinar matahari," ujar Steven dengan mata fokus pada bendera melawan kesilauan. Nathania tidak menjawab, ia tetap diam menyeimbangkan diri agar tidak jatuh ke tanah.
"Dasar cewek! Takut kulitnya jadi hitam, yah?" tanya Steven melirik sekilas ke arah Nathania. Wanita ini diam tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya.
"Steven, itu Beo lo anjing! Biasanya kalo di hukum gini, lo selalu nutupin sinar matahari pake seragam sekolah lo itu. Kenapa sekarang nggak?!" protes Toni tidak seperti biasanya.
Memang benar setiap mereka di hukum seperti ini, Steven selalu menutupi puncak kepala Nathania dengan seragam sekolahnya agar wanita ini tidak merasa kepanasan dan pusing. Steven selalu menggunakan kaos polos di balik seragamnya, terkadang putih kadang hitam tidak ada warna lain selain itu.
"WOI! WOI! BU SUSI TUH!" seru salah satu siswa yang baris di belakang Toni. Lelaki ini melihat seorang guru dengan bahu terangkat membuatnya mengenal guru itu.
"Bener cuy!"
"Bu! Bu! Sini Bu! Aku merindukan mu!"
Sangat senang dengan melihat kedatangan Bu Susi dilapangan. Mereka menurunkan tangannya dan menatap kehadiran Bu Susi yang mulai mendekati mereka, guru ini membawa rotan panjang miliknya. Anak murid kelas X ipa 2 terdiam sejenak melihat gerak-gerik Bu Susi yang menyeramkan.
"HORMAT LAGI WOI! HORMAT!" jerit bendahara kelas yang bernama Bimo Jayarta. Mereka memulai hormat lagi dengan tubuh di tegapkan layaknya seorang tentara.
"HORMAT! GRAK!" titah Toni dengan membulatkan suara lantang seperti anak pramuka.
Bu Susi sudah berdiri di depan mereka. Ia tidak berbicara apapun untuk menghentikan hukumannya ini, apa hukuman akan terus berlanjut sampai bell pulang berbunyi? Guru ini memutari murid yang sedang berbaris rapi di lapangan sekolah, ia tersenyum miring kepada mereka. Terutama Nathania, Steven dan Toni.
Bu Susi menghentikan langkahnya tepat di depan Toni,"Mati gue!" gumam Toni dalam hati dengan memejamkan matanya sekilas.
"Kalung apa ini?" tanya Bu Susi pada Toni. Lelaki ini memakai sebuah kalung anti karat dengan silet tiger menjadi mainan kalung tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nathania
Teen Fiction(Tamat) [Belum revisi sama sekali] ••• Tentang Nathania Angela. Sosok wanita nakal yang kerap dipanggil Atan, Nia dan Beo. Wanita ini mempunyai sahabat lelaki, Steven Gioliem dan Toni Afriando. Awalnya, Nathania menjalin hubungan dengan lelaki yang...