04. Nilai Minus

1.6K 204 12
                                    

Kelas MBI-B sedang sibuk membereskan proyektor yang jatuh ke lantai. Tak lupa mereka memanggil Pak Agus, teknisi yang memang ditugaskan untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan fasilitas kampus seperti proyektor tentunya.

Setelah urusan dengan proyektor selesai, Vega melanjutkan aktivitas kelasnya dengan memberikan materi akuntansi. Mata kuliah akuntansi keuangan memang bagian dari SKS di semester 4 bagi mahasiswa vokasi program studi Manajemen Bisnis Internasional (MBI).

“Baik, tidak ada proyektor tidak masalah ya, mari kita mulai perkuliahan pembuka buat hari ini,” ujar Vega memulai sesi mengajarnya.

“Oh iya, saya hampir lupa. Di sini siapa saja yang ikut organisasi?” tanya Vega pada mahasiswanya.

Tidak ada yang menjawab, mahasiswa di kelas itu hanya saling celingukan, mencari teman untuk mengangkat tangan. Terlihat dari tangan kanan mereka yang ragu-ragu. Entah karena malu-malu atau saking rendah hatinya takut dibilang sombong. Tapi sebagian besar siswa seperti itu kalau ditanya guru bukan? Bahkan sudah menjadi mahasiswa pun masih belum berubah kebiasaanya.

“Selain Adia tidak ada lagi?” tanya Vega yang memang sudah tau sejak awal kalau Adia seorang presiden mahasiswa. Ravin? Vega hanya pura-pura tidak tau.

Setelah pertanyaan kedua Vega, Ravin dan 5 orang lainnya akhirnya mengangkat tangan kanannya.

Vega mengangguk, “Oke, sebutkan nama dan ormawa yang diikuti!” pinta Vega.

“Dimulai dari sini,” Vega menunjuk salah seorang di sisi kanannya.

Enam mahasiswa di kelas itu menyebutkan nama beserta organisasi yang diikuti. Vega memberikan tanda di buku nilainya.

Vega mengangkat wajahnya menatap enam mahasiswa yang tadi ditulisnya, “Kalian berenam saya kasih nilai 85. Buat kalian yang ngga ikut organisasi saya kasih nilai 80.”

Semua mahasiswa di kelas itu mengernyit bingung.

“Maksudnya bagaimana bu? Kami ngga usah kuliah aja gitu? Kan udah dapet nilai,” ujar salah satu mahasiswa.

Vega menghela napas, “Kalian sudah punya tabungan nilai A di saya. Tinggal nilai itu mau berkurang atau bertambah, kalian sendiri yang akan mempertanggungjawabkannya.”

Semua mahasiswa tersenyum senang. Sampai akhirnya senyum itu hilang seketika ketika Vega melanjutkan ucapannya.

“Disiplin, rajin, dan taat aturan. Bayaran buat nilai dari saya, bagaimana?” tanya Vega pada mahasiswanya.

“Apakah ini kontrak kuliah kita Bu?” tanya Ade selaku ketua kelas.

Vega tersenyum tipis. “Anggap aja seperti itu. Telat kelipatan 5 menit minus 1, ketahuan mencontek minus 2, alfa minus 5. Dan khusus yang 85 dua kali lipat. Sepakat?”

Samsul melotot kaget. “Abis dong nilai gue,” gerutu Samsul pelan. Dia ini tipe mahasiswa yang asal dateng atau titip absen.

Adia dan Ravin tersenyum lalu saling pandang, “Menarik”, batinnya.

“Bagaimana dengan nilai tugas bu?” tanya Duhita, siswa terpandai di kelas.

“Kalian masih butuh tugas?”

“Siap tidak,” jawab sekelas kompak.

Vega mengangguk dengan senyum tipis, “Tidak ada tugas, nilai ulangan diambil dari nilai tertinggi yang kalian dapat di beberapa kuis yang saya berikan nanti. Bisa diterima?”

“Bisa bu,” jawab mahasiswa di kelas itu dengan riang dan kompak.

“Deal?”

“Deal.”

ACTWYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang