21. Nuha yang beraksi

1.1K 144 13
                                    

Ya ampun hari ini aku update 2 kali, wkwkw

Maaf ya sobat.. kalau lagi mood emang suka gini....

Cerita baru dah menanti jadi gemes mau nyelesaiin...

Wkwkwk

Sekarang Nuha dulu, besok-besok baru kita ketemu Suha...
Happy reading....

*****

Dua minggu kemudian...

Arkan baru saja sampai di kos. Tas ransel dengan bobot berkilo-kilo itu ia letakan di lantai lalu membaringkan diri di sofa ruang tengah.

Dari posisinya ini, ia mencium bau harum dari arah dapur. Dengan langkah malas ia menghampiri sumber baunya.

Sreeennggg

"Wuoh woohhhooo,,, serangan bertubi-tubi dari lawan bung."

Cetar, cetar, cetar

"Ravin lindungi saya Rav."

"Huwaaa musuh semakin gencar menyeraaang."

Samar-samar suara teriakan itu semakin nyaring di telinga Arkan. Semakin memancingnya untuk segera sampai di dapur. Perasaannya mulai tidak tenang.

Dan betapa kagetnya Arkan melihat dua adik tingkat yang katanya pentolan ormawa kampus ini sedang berperang di dapur. Mengenakan APD lengkap dengan helm dan jas hujan berbahan plastik sekali pakai hasil beli di indomaret.

"Ravin, ambil serok, Rav," teriak Adia heboh. Sebuah spatula terangkat di tangan kananya, tepat di atas wajan penggorengan.

"Serok apaan?" tanya Ravin.

"Ah banyak nanya lo keburu gosong ini ikannya," ujar Adia kesal.

Arkan yang peka langsung mengambil sebuah serokan minyak untuk mengangkat ikan yang masih tergenang minyak panas di atas wajan.

Ia melirik malas pada Ravin dan Adia. Keduanya berdiri cukup jauh dari kompor.
"Lo berdua ngapain pake kaya gitu?"

Adia dan Ravin saling bertatapan lalu meringis malu.

"Takut kena minyak Bang," ujar Adia. "Panas," tambahnya sambil mengusap lengannya kasar.

"Heleh baru minyak segitu doang," ujarnya sambil memasukan dua ikan terakhir ke penggorengan.

Arkan lalu mengambil tutup panci yang tak jauh dari letak kompor, "Ditutup kaya gini ya, pinter."

Arkan menutup wajan dengan tutup panci. Menghalau percikan minyak penggorengan ikan itu muncrat ke mana-mana.

Adia dan Ravin menghela napas lega. "Makasih bang, lo pahlawan emang."

Arkan berdecak, "Baru kena panas minyak aja takut, gimana sama panasnya api neraka?"

Adia menelan salivanya, "Kenapa bawa-bawa neraka si Bang."

Arkan terkekeh, "Iya yah? Kenapa yah?"

Adia dan Ravin hanya berdiri pasrah, menatap aksi abang tertuanya menggoreng ikan.

"Kalian berdua udah selesai UAS?"

"Udah," jawab Ravin.

Arkan hanya 'oh' saja sambil membolak-balik ikan di wajan. Merasa aman, Adia dan Ravin pun melepas helm full face-nya.

"Dinner kita cuma ikan goreng?" tanya Arkan tanpa menoleh.

"Cuma,,, cuma... Masih syukur bisa makan ikan Bang, biasa juga nasi sama kaldu masako sapi doang," ujar Adia.

ACTWYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang