Guys, aku bilangin ya...
Ini cuma Suha pove, masih ada hubungannya dengan 'tragedi part sebelumnya', wkwkwkAku cuma lagi seneng aja jadi tak tulisanya kaya gini.
Mohon maaf kalau gak jelas*****
"Besok pagi kamu temui saya."
"Siap, komandan."
Suha baru saja menyelesaikan pekerjaanya. Ia lantas bergegas membereskan barang-barang keperluannya lalu pergi berangkat ke Jakarta. Sebagai seorang prajurit, menjalani perintah atasan adalah sebuah kewajiban yang tak bisa ditentang.
Dengan masih berpakaian loreng yang dibalut jaket hitam, doi memesan ojek online lalu bersama abang g*jek menuju stasiun. Mengingat ia harus memesan tiket dadakan, jadilah 3 jam sebelum keberangkatan Suha harus sudah tiba di stasiun.
Setelah mengikuti segala prosedur akhirnya satu tiket berhasil ia dapatkan. Kereta jurusan Tawang-Pasar Senin yang akan menjadi pengantarnya malam ini.
Dasarnya jomblo, Suha duduk-duduk sendiri di kursi tunggu penumpang. Hanya ponsel lah teman setianya. Ya jaman sekarang hampir semua orang ngga bisa hidup tanpa smartphone bukan? Bahkan hal pertama yang disapa ketika berpindah alam dari mimpi ke duniawi juga ponsel.
Di sela jeda nganggurnya Suha bermain game online. Tadinya mau buka instagram, tapi si doi males karena yang minta follow dia cewek semua. Maklumin ya, Suha emang seganteng dan setenar itu. Jadilah ia main game, jarang-jarang juga menghabiskan malam minggu dengan 'pacar'.
Menit demi menit berlalu Suha akhirnya bosen sendiri. Bukan game-nya yang salah, tapi Suhanya yang selalu kalah, dan berakhir kesal sendiri malah.
Lama-lama laper juga habis main game, demi apapun duduk-duduk doang juga menguras energi, girls. Suha akhirnya beranjak pergi menuju sumber wewangian harum yang sedari tadi menusuk indra penciumannya. Menggoda selembar uang bapak proklamator harus keluar dari persembunyian dompetnya.
Yaps, Suha akhirnya membeli Roti O'. Tau kan? Roti yang teksturnya lembut dan wanginya menggoda keimanan kantong. Satu ngga cukup dong buat seorang Suha, si doi akhirnya beli tiga.
Sambil makan, Suha melihat sekeliling. Tepat di depannya sebuah mobil berhenti, karena kebetulan juga tempat duduk Suha menghadap ke tempat parkir. Gerak distribusi makanan ke mulutnya mulai melambat ketika ia melihat nomor plat mobil yang dia kenali. Bukan Cuma nomor platnya ya, tapi pemilikinya juga. Lamat-lamat pemilik mobil memunculkan wajahnya dibalik kaca depan. Cukup mengagetkan juga ketika musuh bebuyutannya ikut nampak, meski tak berbuat apa-apa karena terlelap.
Masih dalam proses pembersihan satu bungkus roti, tapi kali ini sudah bungkus kedua, Suha menikmati sosok wajah berseri yang cukup jauh di hadapannya itu. Satu bungkus bersih, si doi akhirnya meraih kembali ponselnya. Memang benar ya kata orang, ide cemerlang hadir bersama perut yang kenyang.
Dengan cekatan, sebelum lupa, Suha mengetikkan pesan untuk sesosok manusia kasat mata yang menjadi perhatiannya sejak tadi. Ia pun ikut tersenyum tat kala objek tembakanya senyam senyum kegirangan. Seandainya ada orang yang memperhatikan mungkin Suha bakal dibawa petugas keamanan atau diseret petugas RSJ karena ketawa ketiwi ngga jelas.
Namun setelah satu pesan terakhir ia kirim, sudut bibir yang tadi mengembang naik mulai terjun bebas. Target sasarannya sedang serius bercengkrama dengan sang musuh di hadapannya. Suha sebal sebenarnya, ngga tau apa ada seonggok daging yang masih nunggu tulang rusuknya memperhatikan mereka dengan miris. Tapi tetap aja Suha menonton dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ngga doyan tapi suka. Heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACTWY
Roman pour AdolescentsMasa lalu tidak mengubah kita di masa depan. Tapi masa kini yang belajar dari masa lalu, mampu mempersiapkan dirimu di masa depan. Sederhana, Ini hanya teori, sampai kamu tau cara praktiknya, ini semua adalah realita. So, I will act, count, and thin...