08. Apa kabar hati?

1.4K 184 31
                                    

Sesampainya di kodim, Vega dan empat mahasiswanya langsung diarahkan ke sebuah ruangan. Ruangan itu tidak terlalu luas, tapi cukup untuk bisa dikatakan sebagai ruang rapat. Di sana sudah ada Pak Wira yang memang diberi mandat untuk melakukan konsolidasi bersama Vega terkait pelaksanaan LDK Universitas Nusantara.

"Lapor, tamu dari Universitas Nusantara siap memasuki ruangan."

Vega yang masih berada di balik pintu mendengar suara seorang tentara yang sedang memberikan laporan pada atasannya.

Tak lama kemudian, pintu itu dibuka oleh seorang tentara.
"Silakan masuk," ujar seorang tentara mempersilakan rombongan Vega untuk masuk.

"Assalamu'alaikum," sapa Vega dan keempat mahasiswanya begitu memasuki ruangan yang sudah terbuka itu.

"Wa'alaikumsalam."
Ternyata di dalam sana sudah ada beberapa tentara yang duduk di kursi. Pun juga Pak Wira yang duduk di ujung meja.

Ada empat tentara yang berdiri menyambut kedatangan Vega dan lainnya. Dari seragamnya Vega bisa membaca nama-nama mereka. Ada Pak Wira, Rendy, Yudha, dan satu-satunya prajurit wanita, Iga.

Mereka saling bersalaman lalu menyapa dengan akrab. Vega sempat deg-degan saat memasuki ruangan itu. Bayangan dua tahun lalu kembali berputar di memorinya. Tapi Vega harus bisa bangkit. Tidak semua mimpi harus terwujud, rencana Tuhan jauh lebih indah dari yang kita sangkakan bukan?

"Silakan duduk," ujar Pak Wira mempersilakan.

Vega dan empat mahasiswanya pun akhirnya duduk. Di kursi sebelah kiri Pak Wira, membuatnya berhadapan dengan tiga tentara lainnya.

Diskusi dimulai dengan dipimpin oleh Pak Wira. Mereka saling mengajukan usul dan pertimbangan terkait pelaksanaan LDK tahun ini yang memang dibuat berbeda.

Jika biasanya hanya 3 hari, maka tahun ini akan dibuat 7 hari.

"Masalah materi latihan serahkan saja pada kami, Bu Vega. Kami punya standar sendiri untuk membentuk karakter pemuda khususnya mahasiswa," ujar Pak Wira.

"Maaf Pak. Kalau boleh usul jangan terlalu banyak latihan fisiknya ya Pak. Takutnya dikira banyak kekerasan kaya tahun-tahun lalu," ujar Adia.

"Kalian tenang saja. Sebenarnya bukan kekerasan ya. Kalian bekerja sama dengan tentara pasti sudah paham kan bagaimana metode pendidikan kami? Apa yang kami berikan pada kalian pun itu hanya 60% dari pendidikan taruna taruni," terang Pak Wira.

"Baik, Pak. Kami percaya pada bapak-bapak tentara semua. Tidak ada yang perlu diragukan dari pendidikan seorang abdi negara," ucap Vega dengan ramah.

Pak Wira tersenyum ramah pada Vega beralih ke Yudha, "Tolong didata personil yang akan diturunkan!"

"Apakah 36 personil cukup, Ndan?" tanya Yudha pada Pak Wira.

"Cukup."

"Apa nanti Pak Wira sendiri yang akan menjadi komandan di lapangan?" tanya Vega.

Pak Wira tertawa, "Memangnya kenapa?"

Vega tersenyum, "Tidak apa-apa, Pak. Saya hanya bertanya."

Tiba-tiba tiga tentara di depan Vega tertawa.

"Mohon maaf menyela, apakah Ibu mencari Lettu Reno? Yang jadi komandan tahun lalu?" tanya Iga dengan nada menggoda.

Vega tersenyum malu. Kenapa dirinya bisa keceplosan gitu ya.

"Ah tidak, Bu, saya ngga kenal kok, beneran cuma tanya tadi," jawab Vega dengan pipi yang sudah merah merona. Bahkan memanggil Iga dengan sebutan Bu. Padahal jelas-jelas wajah Iga dan dirinya tidak terlampau jauh, tapi Vega sendiri bingung mau panggil apa.

ACTWYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang